PuisiChairil Anwar Doa . Adapun puisi Chairil Anwar sebenarnya ada 96 karya. Puisi ayah karya chairil anwar. Kumpulan Puisi Hari Ibu 22 Desember Karya Sapardi Djoko Damono Chairil Anwar hingga Gus Mus. Kita musti bercerai Sebelum kicau murai berderai. Kami akan mencoba menyajikan kumpulan puisi perjuangan karya Chairil Anwar pada tulisan ini. Ayah Betapa mulianya hati mu Kau korbankan segalanya demi anak mu Kau banting tulang hanya untuk anak mu Kini ku berjanji tuk semua kerja keras hanya untuk mu Ku berjanji tuk semua kasih sayang mu Dan ku berjanji untuk ketulusan hati mu Bahwa aku akan selalu menjaga mu Aku akan selalu menyayangimu hingga akhir hidup ku NamaChairil Anwar abadi bersama puisi-puisi nya yang tak lekang oleh waktu hingga saat ini. Beliau sosok penyair angkatan 45 bersama Asrul Sani dan Rivai Apin. Chairil lahir dan dibesarkan di Medan, sebelum pindah ke Batavia (sekarang Jakarta) dengan ibunya pada tahun 1940, dimana ia mulai menggeluti dunia sastra. Puisiyang berjudul "Aku" karya Chairil Anwar yang menceritakan tentang kepribadian seseorang yang kuat dan tegar dalam menjalani kehidupan hidup. Dilihat dari puisi tersebut, puisi "Aku" mendeskripsikan tema tentang kegigihan seseorang yang selalu ingin memperjuangkan haknya, yang diperkuat dengan isi dari puisi pada baris keempat dan kelima : Kumpulanpuisi karya Chairil Anwar, Si Binatang Jalang yang menolak dilupakan. Daftar isi Artikel [ hide] 1 Mengenang Karya-Karyanya yang Melegenda 1.1 #1. Aku 1.2 #2. Diponegoro 1.3 #3. Krawang-Bekasi 1.4 #4. Sia-Sia 1.5 #5. Derai-Derai Cemara 1.6 #6. Senja di Pelabuhan Kecil 1.7 #7. Doa 1.8 #8. Tak Sepadan 1.9 #9. Di Mesjid 1.10 #10. Setelahbertualang ke Yogyakarta dan Bali, perayaan 100 Tahun Chairil Anwar kini berlabuh di Jakarta. Sekitar 200 orang penggemar sajak-sajak Chairil Anwar, berkumpul di Gramedia Matraman, Jakarta Timur, sejak pukul 15.00 WIB. Perayaan Seabad Chairil Anwar dimulai dengan pembacaan puisi yang dibuka oleh Yoshi Fe dengan pembacaan syair Catatan ChairilAnwar lahir pada 26 Juli 1922 dan wafat 28 April 1949. Bertepatan untuk mengenang kepergian penyair ini, Indonesia juga memperingati Hari Puisi Nasional pada 28 April. Chairil Anwar terkenal dengan gagasan puisinya yang mendobrak. Puisi "Aku", yang ditulis tahun 1943, dimuat di majalah Timur pada 1945, dianggap sebagai puisi yang Tekspuisi "aku" karya chairil anwar dan maknanya. Puisi chairil anwar memang memiliki banyak makna. Berkisah tentang sepasang kekasih yang harus berpisah karena keadaan. Chairil anwar sang penyair yang lahir pada tanggal 26 juli 1922. Puisitentang Ayah ke 2. Ayah adalah Pahlawanku Karya : Dinda Nursifa (Masagipedia.com) Ketika duniaku kelam Ketika impianku hancur Ketika diriku lelah Kumpulan Puisi Chairil Anwar yang Melegenda dan Tetap Populer Sampai Sekarang; Puisi tentang Alam untuk Pembelajaran Anak SD yang Singkat, Padat dan Mudah Dihafal Lombapuisi ini terbilang spontan, peserta tidak tahu puisi Chairil Anwar mana yang akan mereka bacakan. Mereka memilih puisi tersebut secara acak saat berada di panggung. Kompetisi ini memang ditujukan kepada penggemar puisi, mereka dianggap sudah mengenal karya-karya Chairil . Ketua Panitia Dhe Sundayana Perbangsa mengatakan lomba ini ingin vLDEm. - Hari Puisi Nasional diperingati setiap tanggal 28 April. Penentuan tanggal ini sangat erat kaitannya dengan kepergian Chairil Anwar, penyair terkemuka Indonesia. Chairil Anwar terkenal dengan gagasan puisinya yang mendobrak. Puisi “Aku", yang ditulis tahun 1943, dimuat di majalah Timur pada 1945, dianggap sebagai puisi yang besar pengaruhnya pada Angkatan 45. “Sebagai orang yang pertama-tama merintis jalan dan membentuk aliran baru dalam kesusastraan Indonesia, ia dapat dikatakan orang yang terbesar pengaruhnya dari Angkatan 45," tulis Artati Sudirdjo seperti dikutip Jassin dalam Chairil Anwar Pelopor Angkatan 45 1956. Sejarah Hari Puisi Nasional Puisi berjudul “Aku” merupakan karya penyair terkenal Chairil Anwar yang sangat menginspirasi. Chairil Anwar lahir pada 26 Juli 1922 dan wafat 28 April 1949. Bertepatan untuk mengenang kepergian penyair ini, Indonesia juga memperingati Hari Puisi Nasional pada 28 April. Chairil Anwar terkenal dengan gagasan puisinya yang mendobrak. Puisi “Aku", yang ditulis tahun 1943, dimuat di majalah Timur pada 1945, dianggap sebagai puisi yang besar pengaruhnya pada Angkatan 45. Puisi-puisi Chairil seperti para pejuang kemerdekaan di zamannya, juga banyak berisi perlawanan dan semangat merdeka. Dengan ditetapkannya Hari Puisi Nasional, maka masyarakat memiliki hari nasional sebagai sumber inspirasi untuk memajukan kebudayaan Indonesia. Profil Singkat Chairil Anwar Dijuluki "Si Binatang Jalang", Chairil lahir sebagai anak tunggal dari pasangan Toeloes dan Saleha. Sang ayah berasal dari Nagari Taeh, Kabupaten Limapuluh Kota, sedangkan ibunya berasal dari Kota Gadang. Dari pihak ibu, Chairil ada pertalian dengan Mohamad Rasad, ayah Sutan Sjahrir dan wartawan perempuan Rohana Koedoes. Beberapa sumber lain menyebut Chairil lahir di Medan, 26 Juli 1922. Chairil suka membaca buku sejak kecil. Saat ia masih duduk di HIS dan MULO sekolah yang setara SD dan SMP Chairil malah sudah melahap buku-buku untuk siswa HBS, tingkat SMA saat itu. Kecintaannya pada literasi membawanya bertemu teman-teman sastrawan lain macam Subagyo Sastrowardoyo, Jassin dan lainnya. Nama Chairil Anwar makin terkenal saat tulisannya dimuat pada Majalah Nisan di tahun 1942. Selain puisi perjuangan "Siap Sedia" yang kontroversial bagi penjajah Jepang, dia juga membuat puisi "Aku". Puisi tersebut diterbitkan di Majalah Timur pada tahun 1945. Puisi "Aku" dianggap sebagai pendobrak cara berpuisi bagi sebagian khalayak. Puisi yang sebenarnya sudah dibuat Chairil dua tahun sebelumnya itu membuatnya dijuluki "Binatang Jalang". Chairil pernah menikah dengan Hapsah Wiriaredja, meskipun hanya dua tahun, 6 Agustus 1946 hingga akhir tahun 1948 saja. Bersama Hapsah, Chairil mempunyai anak Evawani Alissa. Setelah bercerai, Chairil tak produktif berkarya lagi. Kesehatan Chairil pun memburuk. Ia bahkan harus dilarikan ke CBZ sekarang Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta. Paru-paru Chairil terjangkiti Tuberculosis TBC, hingga akhirnya meninggal pada 28 April 1949 di umur yang belum genap 27 tahun. Puisi-Puisi Chairil Anwar HB Jassin menyebut setidaknya Chairil menghasilkan 94 tulisan pada periode 1942 hingga1949. Itu termasuk 70 sajak asli, 4 saduran, 10 sajak terjemahan, 6 prosa asli, serta 4 prosa terjemahan. Puisi-puisi Chairil seperti para pejuang kemerdekaan di zamannya, juga banyak berisi perlawanan dan semangat merdeka. Pada zaman pendudukan Jepang, Chairil menggambarkan siksaan Kenpeitai Polisi Rahasia Jepang dalam puisinya “Siap Sedia". “Kawan, kawan. Mari mengayun pedang ke dunia terang," tulis Chairil seperti dikutip HB Jassin dalam Kesusastraan Indonesia di Masa Jepang 1969. Dunia terang yang dimaksud oleh Chairil adalah Jepang. Karena puisi itu pula ia ditahan. Menurut Ray Rizal, dalam biografi Affandi Hari Sudah Tinggi, pelukis Affandi - sahabat yang tak pernah merasa paham dengan puisi Chairil - merasakan kehilangan yang mendalam. Setelah Chairil meninggal, Affandi berusaha merampungkan lukisannya untuk Chairil yang kemudian diberi judul “Chairil Anwar” 1949. Tak hanya Affandi, kawan-kawan lain pun merasa kehilangan. “Chairil Anwar tak mengenal konvensi, kurang ajar, tak tahu adat. Akan tetapi sesuatu yang mengherankan dari padanya ialah, bahwa ia senantiasa disayangi dan dicintai kawan-kawan yang mengenalnya,” kenang Bapak Film Usmar Ismail, seperti dikutip Rosihan Anwar dalam Sutan Sjahrir Negarawan Humanis, Demokrat Sejati yang Mendahului Jamannya 2011. Sjahrir, sang paman juga mengenang Chairil sebagai manusia yang keliarannya tak bisa diukur dengan ukuran-ukuran normatif masyarakat. “Sebenarnya, untuk Chairil ini harus dimintakan maaf atas segala perbuatannya. Akan tetapi, hal semacam ini tak dapat dilakukan karena ukuran kita yang biasa tak dapat digunakan untuk dia,” ungkapnya. Bagi generasi 2000-an dan setelahnya, dengan “Aku” lah Chairil dikenang AkuKalau sampai waktukuKu mau tak seorang kan merayuTidak juga kauTak perlu sedu sedan ituAku ini binatang jalangDari kumpulannya terbuangBiar peluru menembus kulitkuAku tetap meradang menerjangLuka dan bisa kubawa berlariBerlari hingga hilang pedih periDan aku akan lebih tidak peduliAku mau hidup seribu tahun lagiChairil Anwar Maret 1943Baca juga Mengenang Chairil Anwar di Hari Puisi Nasional 28 April 2020 Sejarah Hari Puisi Nasional 28 April untuk Peringati Chairil Anwar Biografi Singkat Chairil Anwar, Penyair Berjuluk Binatang Jalang - Sosial Budaya Penulis Maria UlfaEditor Yulaika Ramadhani JAKARTA Waspada Eva Wani, satu-satunya putri penyair besar Chairil Anwar, mengaku bahagia karena sampai saat ini puisi-puisi karya ayahnya masih bergema dan dikagumi, sampai saat ini. “Kalau masih hidup, ayah saya sudah berusia 101 tahun. Saya bahagia dan bersyukur karya-karyanya masih digemari dan bergema sampai kini,” ujar Eva, saat menghadiri peluncuran serial antologi seni video Aku, Chairil” di Artina Gedung Sarinah, Jakarta, Jumat 28/4/2023. Antologi seni video berisi 7 puisi karya Chairil Anwar yang dibacakan oleh 7 artis film dan diperkaya video seni oleh 7 seniman seni rupa dan animasi. Produksi dilakukan oleh Miles Film bekerja sama dengan Balai Media Kebudayaan dan Direktorat Perfilman, Musik, dan Media PMM Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidilan Kebudayaan Riset dan Teknologi Kemendikbudristek. Eva yang kini berusia 76 tahun bercerita kalau sang ayah meninggal dunia saat Eva masih balita. Sebab itu, Eva mengaku tidak terlalu mengenal betul sosok sang ayah. Akan tetapi dia mendapat banyak cerita dari seniman besar lainnya seperti HB Jasin dan Asrul Sani. “Saya banyak mendengar tentang ayah saya dari beberapa tokoh seperti Pak HB Jasin dan Asrul Sani,”kenang Eva. Eva lantas menirukan ucapan ayahnya yang dia dengar dari sang ibu. Chairul berharap sang putri tumbuh cerdas dan berani. “Meski saya tidak mewarisi bakat seni seperti ayah saya, tapi saya berusaha hidup lebih baik dan berani menghadapi tantangan seperti harapan ayah saya,” ujar Eva. Produser Mira Lesmana dan Sutradara Riri Riza hadir dalam kesempatan itu. Direktur PMM Kemendikbudristek, Ahmad Mahendra juga ikut memberi sambutan pada peluncuran antologi seni video Aku Chairil. Menurut Mahendra, apa yang dilakukan Miles Films dan Kemendikbudristek adalah bagian dari upaya memperkenalkan karya besar anak bangsa. “Sebagai maestro seni bahasa, penyair besar Chairil Anwar patut menjadi inspirasi bagi generasi muda. Pemerintah dalam hal ini Kemendikbudristek terus memfasilitasi hal seperti ini,” imbuh Mahendra. Secara bergantian, Mira dan Riri menjelaskan proses dibalik pembuatan antologi seni video Chairil Anwar. Mulai dari kapan ide muncul sampai proses akurasi puisi dan pemilihan seniman. “Semuanya memakan waktu cukup panjang, dan kami bersyukur tepat di hari puisi 28 April ini, antologi seni video Chairil Anwar, dapat mulai disaksikan secara luas,” tandas Riri. Sedianya, serial antologi seni video Aku, Chairil’ dapat disaksikan di youtube Indonesiana atau di mulai Jumat 28/4/2023 sampai 12 Mei 2023. Chairil Anwar lahir di Medan, 26 Juli 1922 dan meninggal akibat sakit pada 28 April 1949. Tanggal kepergiannya itu kini menjadi hari puisi. Dijuluki sebagai “Si Binatang Jalang”, Chairil telah menulis 96 karya, termasuk 70 puisi. Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, ia dinobatkan oleh HB Jassin sebagai pelopor Angkatan ’45 sekaligus puisi modern Indonesia. J02 Puisi chairil anwar – Siapa yang tak kenal dengan penyair tersohor Chairil Anwar. Meski takdirnya mati muda, namun ia tetap mau hidup setara dengan seribu tahun lagi. Sang penyair ulung yang lahir pada 26 Juli 1922 tersebut memang masih hidup seribu tahun lamanya. Mengapa demikian? Karena karyanya lah yang membuat Chairil Anwar tetap terasa masih ada hingga saat ini. Siapapun yang menjejaki sekolah menengah, pasti akan disuguhkan dengan puisi Chairil Anwar yang melegenda. Tak hanya itu, puisi yang beliau buat adalah sebuah puisi yang berani, menantang dan juga matang. Mungkin, tanggal 28 April 1949 adalah hari terakhirnya, namun hal tersebut tidak untuk puisi tak telah ia ciptakan. Banyak karyanya yang digunakan oleh masyarakat baik sebagai bentuk pemberontakan ataupun hanya dikobarkan dalam sebuah pertunjukan seni saja. Adapun karyanya yang kurang terkenal, namun isinya tetap saja luar biasa. Apapun itu, karya sang penyair besar tersebut akan tetap ada dan akan tetap hidup selama seribu tahun lagi. Di bawah ini akan disajikan beberapa puisi dari tahun-tahun awal ia berkarya, hingga ia pergi ke pangkuan-Nya. puisi Chairil Anwar memang memiliki banyak makna. Hal tersebut tergantung pada interpretasi pembacanya. Apabila seorang pengarang mampu mengolah rasa dalam setiap kata, maka hal tersebut dapat membuat para pembaca meneteskan air saat membacanya. Berikut ini ada beberapa puisi Chairil Anwar pilihan beserta makna yang terkandung di dalamnya; Puisi Chairil Anwar 1942 Beberapa puisi yang akan disajikan di bawah ini adalah puisi yang diterbitkan tahun 1942. Tahun tersebut merupakan tahun-tahun awal dirinya menjejakkan kaki di dunia para penyair. Puisi Nisan ***** Nisan Untuk nenek anda Bukan kematian benar menusuk kalbu Keridhaanmu menerima segala tiba Tak kutahu setinggi itu di atas debu Dan duka maha tuan tak bertahta Oktober, 1942 ***** Beberapa makna tersirat dalam karya Chairil Anwar yang satu ini. Puisi yang berjudul Nisan’ tersebut merupakan puisi yang digunakan untuk mengenang nenek anda yang ini telah kembali ke surga-Nya. Apabila benar-benar direnungi setiap kata dan kalimat yang dituliskannya, bukan kematian benar menusuk kalbu, keridhaanmu menerima segala tiba’ dapat diartikan bahwa aku telah menerima kematianmu, tetapi keikhlasan saat malaikat menjemputmu itulah yang menyayat hati.’ Kemudian, dilanjutkan dengan kalimat tak kutahu setinggi itu atas debu dan duka maha tuan bertakhta.’ Maknanya adalah, Aku pikir bahwa aku telah merelakanmu, akan tetapi duka telah merajai tanpa disadari.’ Puisi Penghidupan ***** Penghidupan Lautan maha dalam Mukul dentur selama Nguji tenaga pematang kita Mukul dentur selama Hingga hancur remuk redam Kurnia bahagia Kecil setumpuk Sia-sia dilindungi sia-sia dipupuk Desember, 1942 ***** Makna yang ada dalam puisi Chairil Anwar satu ini rupanya begitu dalam. Kehidupan dari seorang manusia nyatanya memiliki banyak rupa, yakni bahagia, hambatan, tantangan dan juga perjuangan. Selama hidup, seorang manusia sejati akan berusaha sekuat tenaga mengumpulkan pundi-pundi uang demi kehidupan yang lebih baik. banyak hal yang dilakukan untuk mendapatkan uang, hingga dirinya sendiri pun hancur remuk redam. Akan tetapi, apakah benar yang dicari hanya semata karena uang saja? apakah ada hal lainnya yang dilupakan? Seharusnya, manusia juga mencari kebahagiaan, walau kebahagiaan dari masing-masing orang itu berbeda definisinya. Itulah kedua puisi Chairil Anwar yang memiliki makna sangat dalam untuk kehidupan. Makna yang ada dalam puisi tersebut tentu disesuaikan dengan kehidupan yang terjadi pada saat itu. Puisi Chairil Anwar Tahun 1943 Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, pada tahun 1943 ini Chairil Anwar memiliki kumpulan puisi yang lebih banyak. Setidaknya, ada 33 puisi yang berhasil dikumpulkan oleh beliau. Apabila dihitung termasuk juga dengan beberapa versi yang berbeda ataupun yang belum dirilis, maka jumlah dari puisinya tersebut lebih dari 40 buah. Berikut ini adalah beberapa puisi pilihan yang ditulis oleh Chairil Anwar pada tahun 1943. Puisi Diponegoro ***** Diponegoro Di masa pembangunan ini Tuan hidup kembali Dan bara kagum menjadi api Di depan sekali tuan menanti Tak gentar. Lawan banyaknya seratus kali Pedang di kanan, keris di kiri Berselempang semangat yang tak bisa mati, MAJU Ini barisan tak bergenderang-berpalu Kepercayaan tanda menyerbu Sekali berarti, Udah itu mati. MAJU Bagimu Negeri Menyediakan api. Punah di atas menghamba Binasa di atas ditinda Sungguh pun dalam ajal baru tercapai Jika hidup harus merasai Maju. Serbu. Serang. Terjang. Februari 1943 ***** Melalui puisi tersebut, Chairil Anwar menggambarkan kegagahan seorang pahlawan yang tak gentar melawan para penjajah dengan pedang di kanan dan keris di kiri. Puisi tersebut sengat dibuat untuk mengangkat lagi semangat para pemuda untuk melawan penjajah. Tak hanya itu, Chairil Anwar juga menyampaikan pesannya dalam puisi tersebut yaitu bahwa kemajuan Indonesia juga tak luput dari perjuangan semua elemen masyarakat. Jika dibaca dengan benar dan di resapi dalam-dalam, puisi Chairil Anwar ini memiliki pesan untuk para generasi saat ini. Karena seharusnya, jasa-jasa yang diberikan oleh para pahlawan tidak hanya untuk dikenang, namun juga diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut karena salah satu tujuan para pahlawan merebut tanahnya kembali adalah agar putra-putri bangsa bisa menjadi tuan di tanahnya sendiri. Puisi Suara Malam ***** Suara Malam Dunia badai dan topan Manusia mengingatkan kebakaran hutan Jadi kemana Untuk damai dan reda? Mati. Barang kali ini diam kaku saja Dengan ketenangan selama bersatu Mengatasi suka dan duka Kekebalan terhadap debu dan nafsu. Berbaring tak sadar Seperti kapal pecah di dasar lautan Jemu dipukul ombak besar. Atau ini. Peleburan dalam tiada Dan sekali akan menghadap cahaya. Ya Allah! Badanku terbakar segala samar. Aku sudah melewati batas. Kembali? Pintu tertutup dengan keras. Februari, 1943 ***** Berdasar susunan kata yang diungkapkan oleh Chairil Anwar, terlihat sebuah kegelisahan dan kegalauan yang tengah dihadapinya. Malam hari tentu menjadi waktu yang sangat tepat untuk merenungkan dunia yang penuh dengan badai dan topan, baik diartikan secara harfiah ataupun tidak. Sebagai seorang manusia, seharusnya lebih sensitif dengan isu sosial, politik, alam dan lain sebagainya. Hal tersebut karena kehidupan yang telah dianugerahkan oleh Tuhan bukan hanya tentang keberhasilan salah satu individu saja. Melainkan juga tentang keberhasilan masyarakat. Hal itu tentu dapat dilakukan jika semua elemen masyarakat mau bersatu untuk membangun negeri ini bersama-sama. Puisi yang dibuat pada tahun 1943 ini memberikan kesan perjuangan dengan segala rintangan yang harus dihadapinya. Meski kata-kata yang ada di dalamnya terkesan putus, namun tetap saja memiliki ketertarikan. Puisi Chairil Anwar 1944 Di tahun ini, ada sekitar empat buah puisi yang dibuatnya. Namun, dalam pembahasan kali ini hanya akan dua puisi saja yang dibahas beserta dengan maknanya. Berikut puisi karya Chairil Anwar yang dibuat pada tahun 1944. Puisi Dalam Kereta ***** Dalam Kereta Dalam kereta. Hujan menebal jendela Semarang, Solo semakin dekat saja Menangkup senja. Menguak purnama. Caya menyayat mulut dan mata. Menjengking kereta, menjengking jiwa. Sayatan terus ke dada. 15 Maret 1944 ***** Perjalanan dari Semarang-Solo dengan menggunakan kereta memberikan sebuah inspirasi bagi Chairil Anwar untuk berkarya. Dengan suasana indahnya senja hingga datang purnama di balik awan membuatnya menuangkan segala isi yang ada di pikirannya. Puisi Siap Sedia ***** Siap Sedia kepada angkatanku Tanganmu nanti tegang kaku, Jantungmu nanti berdebar berhenti, Tubuhmu nanti mengeras batu, Tapi kami sederap mengganti, Terus memahat ini Tugu, Matamu nanti kaca saja, Mulutmu nanti habis bicara, Darahmu nanti mengalir berhenti, Tapi kami sederap mengganti, Terus berdaya ke Masyarakat Jaya, Suaramu nanti diam ditekan, Namamu nanti terbang hilang, Langkahmu nanti enggan ke depan, Tapi kami sederap mengganti, Bersatu maju, ke kemenangan, Darah kami panas selama, Badan kami tertempa baja, Jiwa kami gagah perkasa, Kami akan mewarna di angkasa, Kami pembawa bahagia nyata. Kawan, kawan Menepis segar angin terasa Lalu menderu menyapa awan Terus menembus surya cahaya Memancar pendar ke penjuru segala Riang menggelombang sawah dan hutan Segala menyala-nyala! Segala menyala-nyala! Kawan, kawan Dan kita bangkit dengan kesadaran Mencucuk menerawang hingga belulang Kawan, kawan Kita mengayun pedang ke Dunia Terang! 1944 ***** Puisi di atas, tampaknya tidak hanya ditujukan untuk angkatannya saja, namun semua masyarakat. Semangat harus tetap membara dan perjuangan tidak boleh berhenti meskipun tanganmu nanti tegang kaku, jantungmu nanti berhenti, tubuhmu nanti mengeras batu. Semasa hidupnya, Chairil Anwar menolak untuk hidup biasa saja dengan rutinitas yang sama seperti orang pada umumnya. Ia lebih memilih untuk mengajak semua orang merebut kembali tanah airnya demi kehidupan bangsa yang lebih baik. Dari kedua puisi di atas, dapat diambil sebuah pelajaran tentang perjalanan dan juga peringatan. Kedua kata tersebut menjadi kata yang tepat untuk menggambarkan maksud dari kedua puisi tersebut. Puisi Chairil Anwar Tahun 1945 menjadi tahun yang paling bersejarah bagi Bangsa Indonesia. Tahun tersebut menjadi saksi dikumandangkannya proklamasi kemerdekaan tepatnya pada tanggal 17 Agustus. Di tahun ini, Chairil Anwar juga menciptakan karyanya dengan untaian kata yang sangat indah dan penuh dengan makna. Berikut puisi karya Sang Bohemian yang menggelora. Puisi Lagu Siul ***** Lagu Siul I Laron pada mati Terbakar di sumbu lampu Aku juga menemu Ajal di cerlang caya matamu Heran! Ini badan yang selama berjaga Habis hangus di api matamu “Ku kayak tidak tahu saja” ***** II Aku kira Beginilah nanti jadinya Kau kawin, beranak dan bahagia Sedang aku mengembara serupa Ahasveros Dikutuk sumpahi Eros Aku merangkai dinding buta Tak satu juga pintu terbuka Jadi baik kita padami Unggunan api ini Karena kau tidak kan apa-apa Aku terpanggang tinggal rangka 25 November 1945 ***** Di dalam puisi tersebut, tampak sangat jelas sebuah cinta yang tak terungkap dan berharap agar bisa menjadi sebuah kenyataan. Kata-kata yang digunakan dalam puisi tersebut memberikan sebuah energi cemburu kepada si dia yang akan menikah, memiliki anak dan berbahagia. Kata-kata yang digunakan juga menguatkan rasa sedih karena ditinggal sendirian dan terus mengingat sang kekasih. Namun kemudian, ia lebih memilih untuk mengalah, menghilangkan semua rasa cinta yang membara dan membiarkan dirinya sendiri jatuh ke dalam lubang yang paling dalam. Puisi Malam ***** Malam Mulai kelam Belum buntu malam, Kami masih saja berjaga -Thermopylae?- Jaga tidak dikenal? Tapi nanti sebelum siang membentang Kami sudah tenggelam Hilang… 1945 ***** Tidak mudah untuk menebak maksud dari puisi yang dituliskannya tersebut. Entah berisikan tentang sebuah kehilangan atau bahkan tenggelam pada sebuah dunia yang memihak. Puisi Chairil Anwar 1946 Di tahun berikutnya, Chairil Anwar pun masih berkarya dengan puisinya yang tetap bisa menyentuh hati siapa saja. Dengan makna yang begitu dalam membuat puisi ciptaannya penuh dengan arti, seperti pada beberapa puisi berikut ini. Puisi Kepada Pelukis Affandi ***** Kepada Pelukis Affandi Kalau, ku habis-habis kata, tidak lagi Berani memasuki rumah sendiri, berdiri Di ambang penuh kupak, Adalah karena kesementaran segala Yang mencap tiap benda, lagi pula kan terasa Mati kan datang merusak. Dan tangan kan kaku, menulis berhenti, Kecemasan derita, kecemasan mimpi Berilah aku tempat di menara tinggi Dimana kau sendiri meninggi Atas keramaian dunia dan cidera Lagak lahir dan kelancungan cipta Kau memaling dan memuja Dan gelap tertutup jadi terbuka 1946 ***** Puisi tersebut merupakan sebuah puisi yang dipersembahkan kepada sahabatnya. Setiap kata yang dituliskan menggambarkan sebuah kenangan saat bersama sahabatnya. Maksud dari ditulisnya puisi tersebut adalah tentang sebuah kekaguman akan adanya pencapaian yang telah dilakukan oleh Affandi. Atau justru puisi tersebut berisikan tentang sebuah peringatan untuk tetap bersikap sederhana dengan segala kelebihan yang dimilikinya. Puisi Sebuah Kamar ***** Sebuah Kamar Sebuah jendela menyerahkan kamar ini pada dunia. Bulan yang menyinar ke dalam Mau lebih banyak tahu. Sudah lima anak bernyawa disini, Aku salah satu. Ibuku tertidur dalam tersedu, Keramaian penjara sepi selalu, Bapakku sendiri terbaring jemu Matanya menatap orang tersalib di batu! Sekeliling dunia bunuh diri! Aku minta adik lagi pada ibu bapakku, Karena mereka berada di luar hitungan Kamar begini 3×4, terlalu sempit buat meniup nyawa 1946 ***** Jika diartikan secara harfiah, puisi tersebut memiliki sebuah arti yakni kamar dengan cerita satu keluarga hidup di dalamnya. Untuk mengusir keheningan dan kesepian, diceritakan pula tentang cerita-cerita yang ada dari seluruh dunia. Dan si penulis ingin memiliki adik baru lagi. Akan tetapi, jika puisi tersebut dibaca ulang, maka akan tampak sebuah makna yang sangat luas. Setiap pembacanya pasti memiliki interpretasi yang berbeda satu dengan lainnya. Puisi Nocturno Fragment ***** Nocturno Aku menyeru tapi tidak satu suara membalas, Hanya mati di beku udara. Dalam diriku terbujur keinginan, Juga tidak bernyawa. Mimpi yang penghabisan minta tenaga, Patak kapak, sia-sia berdaya, Dalam cekikan hatiku, Terdampar, menginyam abu dan debu Dari tinggalannya suatu lagu. Ingatan pada ajal yang menghantu. Dan dendam yang nanti membikin kaku Pena dan penyair keduanya mati, Berpalingan! 1946 ***** Judul Nocturna yang memiliki arti malam. Pada saat membaca puisi di atas, yang dirasakan adalah perasaan frustasi. Sang penyair menuangkan rasa gundah gulana dan selalu ingin mencari sebuah jawaban dalam sebuah karya yang ditulisnya. Baca Juga Puisi Pahlawan Akan tetapi, tidak pernah ada jawaban dari teman ataupun alam. Selalu mengajukan pertanyaan, namun juga tak pernah merasa puas dengan jawaban yang diberikan. Chairil Anwar adalah seorang penyair mahsyur yang karyanya akan selalu tetap ada. Seperti pada beberapa puisi Chairil Anwar di atas, yang penuh makna dalam untuk kehidupan. Tak hanya itu, bahkan ada pula puisi yang penuh dengan teka-teki sehingga sulit untuk diartikan.