TRIBUNSUMSEL.COM - Berikut ini sajian bacaan Surat Al Kahfi mulai dari 10 Ayat Pertama dilengkapi tulisan arab, Latin dan terjemahan. Dari Abu Darda’, Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa menghafal sepuluh ayat pertama dari surah Al-Kahfi, maka ia akan terlindungi dari (fitnah) Dajjal,” (HR. Muslim). Baca juga: Surat Al Mulk Ayat 1-30: Tulisan Arab, Latin, Terjemahan dan Keutamaan Membacanya Surat Al Kahfi Ayat 1-10: Berikut bacaan surat Al Kahfi ayat 1 sampai 10, dikutip dari quran.kemenag.go Surat Al Kahfi Tulisan Latin Saja dan Arab – الكهف. Bacaan teks Surat Al Kahfi tulisan latin saja dan arab. Surah Al Kahfi merupakan urutan surat ke 18 dalam kitab suci Al Qur’an. Al Kahfi Artinya “Penghuni Gua” yaitu dalam surah ini terdapat kisah tujuh pemuda yang tidur didalam gua selama 300 tahun yang berlindung karena menolak Berikut Bacaan Surat Al Kahfi lengkap 110 Ayat dengan Tulisan Arab, - Halaman 4 Salah satu amalan malam jumat untuk memohon ampun adalah membaca surat Al-kahfi. Kamis, 14 Desember 2023 Bacaan Surah Al Kahfi, Lengkap Arab, Latin dan Terjemahannya (Bagian 2) Surah Al Kahfi terdiri atas 110 ayat dan termasuk golongan dari surah Makkiyyah. Surah Al Kahfi sangat dianjurkan untuk dibaca pada malam jumat dan siangnya. Religi. Jumat, 5 Mei 2023 - 05:54 WIB. Surah Al Kahfi memiliki banyak kelebihan yang boleh didapati apabila kita membacanya secara khusyuk dan ikhlas. Antara kelebihan-kelebihan tersebut adalah seperti menghapuskan dosa, mengelakkan fitnah, dan memudahkan urusan dunia dan akhirat. Pada kesempatan ini, kita akan membincangkan Surah Al Kahfi 1-10 dan 100-110, beserta kelebihan membacanya. Dengan demikian, bacalah surat Al-Kahfi agar terhindar dari gangguan setan yang terkutuk.” 4. Mendapat Ridha Allah SWT Membaca surat Al Kahfi dapat memudahkan mendapat ridha Allah SWT. Manfaat membaca surat Al-Kahfi akan membuat seseorang mendapat cahaya keberkahan. Juga menghindarkan seseorang dari perasaan gelisah. Murottal Merdu Quran Surah Al Kahfi Ayat 1 - 110 oleh Ustadz Hanan Attaki Arab dan Terjemahan Indonesia. Semoga bermanfaat Bacaan surat Al Kahfi ayat 1-10, dilengkapi dengan tulisan bahasa Arab, latin, dan arti bahasa Indonesia. Jumat, 30 Juli 2021 08:22 WIB Penulis: Sri Juliati BACA JUGA: Jumat Berkah, Ini Bacaan Surat Yasin Ayat 1-83 Lengkap Arab Latin Beserta Artinya. Keutamaan membaca Surat Al Kahfi luar biasa besar. Setiap Muslim yang membacanya pada malam Jumat hingga hari Jumat sore keesokannya bakal mendapat cahaya keberkahan dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dilansir Rumaysho.com, dai muda Ustadz Muhammad Abduh CzrS. اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ عَلٰى عَبْدِهِ الْكِتٰبَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَّهٗ عِوَجًا ۜ Al-ḥamdu lillāhil-lażī anzala alā abdihil-kitāba wa lam yajal lahū iwajān. Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Kitab Suci Al-Qur’an kepada hamba-Nya dan Dia tidak membuat padanya sedikit pun kebengkokan. قَيِّمًا لِّيُنْذِرَ بَأْسًا شَدِيْدًا مِّنْ لَّدُنْهُ وَيُبَشِّرَ الْمُؤْمِنِيْنَ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَهُمْ اَجْرًا حَسَنًاۙ Qayyimal liyunżira ba'san syadīdam mil ladunhu wa yubasysyiral-mu'minīnal-lażīna yamalūnaṣ-ṣāliḥāti anna lahum ajran ḥasanān. Dia juga menjadikannya kitab yang lurus agar Dia memberi peringatan akan siksa yang sangat pedih dari sisi-Nya dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan kebajikan bahwa mereka akan mendapat balasan yang baik. مّٰكِثِيْنَ فِيْهِ اَبَدًاۙ Mākiṡīna fīhi abadān. Mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya. وَّيُنْذِرَ الَّذِيْنَ قَالُوا اتَّخَذَ اللّٰهُ وَلَدًاۖ Wa yunżiral-lażīna qāluttakhażallāhu waladān. Dia menurunkan Al-Qur’an itu juga agar Dia memberi peringatan kepada orang-orang yang berkata, “Allah mengangkat seorang anak.” مَّا لَهُمْ بِهٖ مِنْ عِلْمٍ وَّلَا لِاٰبَاۤىِٕهِمْۗ كَبُرَتْ كَلِمَةً تَخْرُجُ مِنْ اَفْوَاهِهِمْۗ اِنْ يَّقُوْلُوْنَ اِلَّا كَذِبًا Mā lahum bihī min ilmiw wa lā li'ābā'ihim, kaburat kalimatan takhruju min afwāhihim, iy yaqūlūna illā każibān. Mereka sama sekali tidak mempunyai pengetahuan tentang hal itu, begitu pula nenek moyang mereka. Alangkah besar dosa perkataan yang keluar dari mulut mereka. Mereka hanya mengatakan sesuatu kebohongan belaka. فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَّفْسَكَ عَلٰٓى اٰثَارِهِمْ اِنْ لَّمْ يُؤْمِنُوْا بِهٰذَا الْحَدِيْثِ اَسَفًا Fa laallaka bākhiun nafsaka alā āṡārihim illam yu'minū bihāżal-ḥadīṡi asafān. Maka, boleh jadi engkau Nabi Muhammad akan mencelakakan dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini Al-Qur’an. اِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْاَرْضِ زِيْنَةً لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ اَيُّهُمْ اَحْسَنُ عَمَلًا Innā jaalnā mā alal-arḍi zīnatal lahā linabluwahum ayyuhum aḥsanu amalān. Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di atas bumi sebagai perhiasan baginya agar Kami menguji mereka siapakah di antaranya yang lebih baik perbuatannya. وَاِنَّا لَجٰعِلُوْنَ مَا عَلَيْهَا صَعِيْدًا جُرُزًاۗ Wa innā lajāilūna mā alaihā ṣaīdan juruzān. Kami benar-benar akan menjadikan pula apa yang di atasnya sebagai tanah yang tandus lagi kering. اَمْ حَسِبْتَ اَنَّ اَصْحٰبَ الْكَهْفِ وَالرَّقِيْمِ كَانُوْا مِنْ اٰيٰتِنَا عَجَبًا Am ḥasibta anna aṣḥābal-kahfi war-raqīmi kānū min āyātinā ajabān. Apakah engkau mengira bahwa sesungguhnya para penghuni gua dan yang mempunyai raqīm benar-benar merupakan keajaiban di antara tanda-tanda kebesaran Kami? اِذْ اَوَى الْفِتْيَةُ اِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوْا رَبَّنَآ اٰتِنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً وَّهَيِّئْ لَنَا مِنْ اَمْرِنَا رَشَدًا Iż awal-fityatu ilal-kahfi fa qālū rabbanā ātinā mil ladunka raḥmataw wa hayyi' lanā min amrinā rasyadān. Ingatlah ketika pemuda-pemuda itu berlindung ke dalam gua lalu berdoa, “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu dan mudahkanlah bagi kami petunjuk untuk segala urusan kami.” فَضَرَبْنَا عَلٰٓى اٰذَانِهِمْ فِى الْكَهْفِ سِنِيْنَ عَدَدًاۙ Faḍarabnā alā āżānihim fil-kahfi sinīna adadān. Maka, Kami tutup telinga mereka di dalam gua itu selama bertahun-tahun. ثُمَّ بَعَثْنٰهُمْ لِنَعْلَمَ اَيُّ الْحِزْبَيْنِ اَحْصٰى لِمَا لَبِثُوْٓا اَمَدًا ࣖ Ṡumma baaṡnāhum linalama ayyul-ḥizbaini aḥṣā limā labiṡū amadān. Kemudian Kami bangunkan mereka supaya Kami mengetahui manakah di antara dua golongan itu yang lebih tepat dalam menghitung berapa lama mereka tinggal dalam gua itu. نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَاَهُمْ بِالْحَقِّۗ اِنَّهُمْ فِتْيَةٌ اٰمَنُوْا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنٰهُمْ هُدًىۖ Naḥnu naquṣṣu alaika naba'ahum bil-ḥaqqi, innahum fityatun āmanū birabbihim wa zidnāhum hudān. Kami menceritakan kepadamu Nabi Muhammad kisah mereka dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka dan Kami menambahkan petunjuk kepada mereka. وَّرَبَطْنَا عَلٰى قُلُوْبِهِمْ اِذْ قَامُوْا فَقَالُوْا رَبُّنَا رَبُّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ لَنْ نَّدْعُوَا۟ مِنْ دُوْنِهٖٓ اِلٰهًا لَّقَدْ قُلْنَآ اِذًا شَطَطًا Wa rabaṭnā alā qulūbihim iż qāmū fa qālū rabbunā rabbus-samāwāti wal-arḍi lan naduwa min dūnihī ilāhal laqad qulnā iżan syaṭaṭān. Kami meneguhkan hati mereka ketika mereka berdiri lalu berkata, “Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi. Kami tidak akan menyeru Tuhan selain Dia. Sungguh, kalau kami berbuat demikian, kami telah mengucapkan perkataan yang sangat jauh dari kebenaran.” هٰٓؤُلَاۤءِ قَوْمُنَا اتَّخَذُوْا مِنْ دُوْنِهٖٓ اٰلِهَةًۗ لَوْلَا يَأْتُوْنَ عَلَيْهِمْ بِسُلْطٰنٍۢ بَيِّنٍۗ فَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرٰى عَلَى اللّٰهِ كَذِبًاۗ Hā'ulā'i qaumunattakhażū min dūnihī ālihahtan, lau lā ya'tūna alaihim bisulṭānim bayyinin, faman aẓlamu mimmaniftarā alallāhi każibān. Salah seorang dari para pemuda itu berkata kepada yang lain, “Mereka itu kaum kami yang telah menjadikan tuhan-tuhan untuk disembah selain Dia. Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang jelas tentang kepercayaan mereka? Maka, siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah? وَاِذِ اعْتَزَلْتُمُوْهُمْ وَمَا يَعْبُدُوْنَ اِلَّا اللّٰهَ فَأْوٗٓا اِلَى الْكَهْفِ يَنْشُرْ لَكُمْ رَبُّكُمْ مِّنْ رَّحْمَتِهٖ وَيُهَيِّئْ لَكُمْ مِّنْ اَمْرِكُمْ مِّرْفَقًا Wa iżitazaltumūhum wa mā yabudūna illallāha fa'wū ilal-kahfi yansyur lakum rabbukum mir raḥmatihī wa yuhayyi' lakum min amrikum mirfaqān. Karena kamu juga telah meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka berlindunglah ke dalam gua itu. Dengan demikian, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan bagimu sesuatu yang berguna bagi urusanmu.” ۞ وَتَرَى الشَّمْسَ اِذَا طَلَعَتْ تَّزٰوَرُ عَنْ كَهْفِهِمْ ذَاتَ الْيَمِيْنِ وَاِذَا غَرَبَتْ تَّقْرِضُهُمْ ذَاتَ الشِّمَالِ وَهُمْ فِيْ فَجْوَةٍ مِّنْهُۗ ذٰلِكَ مِنْ اٰيٰتِ اللّٰهِ ۗمَنْ يَّهْدِ اللّٰهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ وَمَنْ يُّضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهٗ وَلِيًّا مُّرْشِدًا ࣖ Wa tarasy-syamsa iżā ṭalaat tazāwaru an kahfihim żātal-yamīni wa iżā garabat taqriḍuhum żātasy-syimāli wa hum fī fajwatim minhu, żālika min āyātillāhi, may yahdillāhu fa huwal-muhtadi wa may yuḍlil falan tajida lahū waliyyam mursyidān. Engkau akan melihat matahari yang ketika terbit condong ke sebelah kanan dari gua mereka dan yang ketika terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri, sedang mereka berada di tempat yang luas di dalamnya gua itu. Itu adalah sebagian dari tanda-tanda kebesaran Allah. Siapa yang Allah memberinya petunjuk, dialah yang mendapat petunjuk. Siapa yang Dia sesatkan, engkau tidak akan menemukan seorang penolong pun yang dapat memberinya petunjuk. وَتَحْسَبُهُمْ اَيْقَاظًا وَّهُمْ رُقُوْدٌ ۖوَّنُقَلِّبُهُمْ ذَاتَ الْيَمِيْنِ وَذَاتَ الشِّمَالِ ۖوَكَلْبُهُمْ بَاسِطٌ ذِرَاعَيْهِ بِالْوَصِيْدِۗ لَوِ اطَّلَعْتَ عَلَيْهِمْ لَوَلَّيْتَ مِنْهُمْ فِرَارًا وَّلَمُلِئْتَ مِنْهُمْ رُعْبًا Wa taḥsabuhum aiqāẓaw wa hum ruqūdun, wa nuqallibuhum żātal-yamīni wa żātasy-syimāli, wa kalbuhum bāsiṭun żirāaihi bil-waṣīdi, lawiṭṭalata alaihim lawallaita minhum firāraw wa lamuli'ta minhum rubān. Engkau mengira mereka terjaga, padahal mereka tidur. Kami membolak-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedangkan anjing mereka membentangkan kedua kaki depannya di muka pintu gua. Seandainya menyaksikan mereka, tentu engkau akan berpaling melarikan diri dari mereka dan pasti akan dipenuhi rasa takut terhadap mereka. وَكَذٰلِكَ بَعَثْنٰهُمْ لِيَتَسَاۤءَلُوْا بَيْنَهُمْۗ قَالَ قَاۤىِٕلٌ مِّنْهُمْ كَمْ لَبِثْتُمْۗ قَالُوْا لَبِثْنَا يَوْمًا اَوْ بَعْضَ يَوْمٍۗ قَالُوْا رَبُّكُمْ اَعْلَمُ بِمَا لَبِثْتُمْۗ فَابْعَثُوْٓا اَحَدَكُمْ بِوَرِقِكُمْ هٰذِهٖٓ اِلَى الْمَدِيْنَةِ فَلْيَنْظُرْ اَيُّهَآ اَزْكٰى طَعَامًا فَلْيَأْتِكُمْ بِرِزْقٍ مِّنْهُ وَلْيَتَلَطَّفْ وَلَا يُشْعِرَنَّ بِكُمْ اَحَدًا Wa każālika baaṡnāhum liyatasā'alū bainahum, qāla qā'ilum minhum kam labiṡtum, qālū labiṡnā yauman au baḍa yaumin, qālū rabbukum alamu bimā labiṡtum, fabaṡū aḥadakum biwariqikum hāżihī ilal-madīnati falyanẓur ayyuhā azkā ṭaāman falya'tikum birizqim minhu walyatalaṭṭaf wa lā yusyiranna bikum aḥadān. Demikianlah, Kami membangunkan mereka agar saling bertanya di antara mereka sendiri. Salah seorang di antara mereka berkata, “Sudah berapa lama kamu berada di sini?” Mereka menjawab, “Kita berada di sini sehari atau setengah hari.” Mereka yang lain lagi berkata, “Tuhanmu lebih mengetahui berapa lama kamu berada di sini. Maka, utuslah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini. Hendaklah dia melihat manakah makanan yang lebih baik, lalu membawa sebagian makanan itu untukmu. Hendaklah pula dia berlaku lemah lembut dan jangan sekali-kali memberitahukan keadaanmu kepada siapa pun. اِنَّهُمْ اِنْ يَّظْهَرُوْا عَلَيْكُمْ يَرْجُمُوْكُمْ اَوْ يُعِيْدُوْكُمْ فِيْ مِلَّتِهِمْ وَلَنْ تُفْلِحُوْٓا اِذًا اَبَدًا Innahum iy yaẓharū alaikum yarjumūkum au yuīdūkum fī millatihim wa lan tufliḥū iżan abadān. Sesungguhnya jika mereka mengetahui dan menangkapmu, niscaya mereka akan melemparimu dengan batu atau memaksamu kembali kepada agama mereka. Jika demikian, niscaya kamu tidak akan beruntung selama-lamanya.” وَكَذٰلِكَ اَعْثَرْنَا عَلَيْهِمْ لِيَعْلَمُوْٓا اَنَّ وَعْدَ اللّٰهِ حَقٌّ وَّاَنَّ السَّاعَةَ لَا رَيْبَ فِيْهَاۚ اِذْ يَتَنَازَعُوْنَ بَيْنَهُمْ اَمْرَهُمْ فَقَالُوا ابْنُوْا عَلَيْهِمْ بُنْيَانًاۗ رَبُّهُمْ اَعْلَمُ بِهِمْۗ قَالَ الَّذِيْنَ غَلَبُوْا عَلٰٓى اَمْرِهِمْ لَنَتَّخِذَنَّ عَلَيْهِمْ مَّسْجِدًا Wa każālika aṡarnā alaihim liyalamū anna wadallāhi ḥaqquw wa annas-sāata lā raiba fīhā, iż yatanāzaūna bainahum amrahum fa qālubnū alaihim bun-yānān, rabbuhum alamu bihim, qālal-lażīna galabū alā amrihim lanattakhiżanna alaihim masjidān. Demikian pula Kami perlihatkan penduduk negeri kepada mereka agar mengetahui bahwa janji Allah benar dan bahwa kedatangan hari Kiamat tidak ada keraguan padanya. Hal itu terjadi ketika mereka penduduk negeri berselisih tentang urusan penghuni gua. Kemudian mereka berkata, “Dirikanlah sebuah bangunan di atas gua itu. Tuhannya lebih mengetahui keadaan mereka penghuni gua.” Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata, “Kami pasti akan mendirikan sebuah masjid di atasnya.” سَيَقُوْلُوْنَ ثَلٰثَةٌ رَّابِعُهُمْ كَلْبُهُمْۚ وَيَقُوْلُوْنَ خَمْسَةٌ سَادِسُهُمْ كَلْبُهُمْ رَجْمًاۢ بِالْغَيْبِۚ وَيَقُوْلُوْنَ سَبْعَةٌ وَّثَامِنُهُمْ كَلْبُهُمْ ۗقُلْ رَّبِّيْٓ اَعْلَمُ بِعِدَّتِهِمْ مَّا يَعْلَمُهُمْ اِلَّا قَلِيْلٌ ەۗ فَلَا تُمَارِ فِيْهِمْ اِلَّا مِرَاۤءً ظَاهِرًا ۖوَّلَا تَسْتَفْتِ فِيْهِمْ مِّنْهُمْ اَحَدًا ࣖ Sayaqūlūna ṡalāṡatur rābiuhum kalbuhum, wa yaqūlūna khamsatun sādisuhum kalbuhum rajmam bil-gaibi, wa yaqūlūna sabatuw wa ṡāminuhum kalbuhum, qur rabbī alamu biiddatihim mā yalamuhum illā qalīlun, falā tumāri fīhim illā mirā'an ẓāhirān, wa lā tastafti fīhim minhum aḥadān. Kelak sebagian orang mengatakan, “Jumlah mereka tiga orang. Yang keempat adalah anjingnya.” Sebagian lain mengatakan, “Jumlah mereka lima orang. Yang keenam adalah anjingnya,” sebagai terkaan terhadap yang gaib. Sebagian lain lagi mengatakan, “Jumlah mereka tujuh orang. Yang kedelapan adalah anjingnya.” Katakanlah Nabi Muhammad, “Tuhanku lebih mengetahui jumlah mereka. Tidak ada yang mengetahui jumlah mereka kecuali sedikit.” Oleh karena itu, janganlah engkau Nabi Muhammad berbantah tentang hal mereka, kecuali perbantahan yang jelas-jelas saja ringan. Janganlah engkau minta penjelasan tentang mereka penghuni gua itu kepada siapa pun dari mereka Ahlulkitab. وَلَا تَقُوْلَنَّ لِشَا۟يْءٍ اِنِّيْ فَاعِلٌ ذٰلِكَ غَدًاۙ Wa lā taqūlanna lisyai'in innī fāilun żālika gadān. Jangan sekali-kali engkau mengatakan terhadap sesuatu, “Aku pasti melakukan hal itu besok,” اِلَّآ اَنْ يَّشَاۤءَ اللّٰهُ ۖوَاذْكُرْ رَّبَّكَ اِذَا نَسِيْتَ وَقُلْ عَسٰٓى اَنْ يَّهْدِيَنِ رَبِّيْ لِاَقْرَبَ مِنْ هٰذَا رَشَدًا Illā ay yasyā'allāhu, ważkur rabbaka iżā nasīta wa qul asā ay yahdiyani rabbī li'aqraba min hāżā rasyadān. kecuali dengan mengatakan, “Insyaallah.” Ingatlah kepada Tuhanmu apabila engkau lupa dan katakanlah, “Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat kebenarannya daripada ini.” وَلَبِثُوْا فِيْ كَهْفِهِمْ ثَلٰثَ مِائَةٍ سِنِيْنَ وَازْدَادُوْا تِسْعًا Wa labiṡū fī kahfihim ṡalāṡa mi'atin sinīna wazdādū tisān. Mereka tinggal dalam gua selama tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun. قُلِ اللّٰهُ اَعْلَمُ بِمَا لَبِثُوْا ۚ لَهٗ غَيْبُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ اَبْصِرْ بِهٖ وَاَسْمِعْۗ مَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّلِيٍّۗ وَلَا يُشْرِكُ فِيْ حُكْمِهٖٓ اَحَدًا Qulillāhu alamu bimā labiṡū, lahū gaibus-samāwāti wal-arḍi, abṣir bihī wa asmi, mā lahum min dūnihī miw waliyyin, wa lā yusyriku fī ḥukmihī aḥadān. Katakanlah, “Allah lebih mengetahui berapa lamanya mereka tinggal di gua. Milik-Nya semua yang tersembunyi di langit dan di bumi. Alangkah terang penglihatan-Nya dan alangkah tajam pendengaran-Nya. Tidak ada seorang pelindung pun bagi mereka selain Dia dan Dia tidak mengambil seorang pun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan.” وَاتْلُ مَآ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنْ كِتَابِ رَبِّكَۗ لَا مُبَدِّلَ لِكَلِمٰتِهٖۗ وَلَنْ تَجِدَ مِنْ دُوْنِهٖ مُلْتَحَدًا Watlu mā ūḥiya ilaika min kitābi rabbika, lā mubaddila likalimātihī, wa lan tajida min dūnihī multaḥadān. Bacakanlah Nabi Muhammad apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu Kitab Tuhanmu Al-Qur’an. Tidak ada yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya dan engkau tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain kepada-Nya. وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَدٰوةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيْدُوْنَ وَجْهَهٗ وَلَا تَعْدُ عَيْنٰكَ عَنْهُمْۚ تُرِيْدُ زِيْنَةَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۚ وَلَا تُطِعْ مَنْ اَغْفَلْنَا قَلْبَهٗ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوٰىهُ وَكَانَ اَمْرُهٗ فُرُطًا Waṣbir nafsaka maal-lażīna yadūna rabbahum bil-gadāti wal-asyiyyi yurīdūna wajhahū wa lā tadu aināka anhum, turīdu zīnatal-ḥayātid-dun-yā, wa lā tuṭi man agfalnā qalbahū an żikrinā wattabaa hawāhu wa kāna amruhū furuṭān. Bersabarlah engkau Nabi Muhammad bersama orang-orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan petang hari dengan mengharap keridaan-Nya. Janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia. Janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami serta menuruti hawa nafsunya dan keadaannya melewati batas. وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّكُمْۗ فَمَنْ شَاۤءَ فَلْيُؤْمِنْ وَّمَنْ شَاۤءَ فَلْيَكْفُرْۚ اِنَّآ اَعْتَدْنَا لِلظّٰلِمِيْنَ نَارًاۙ اَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَاۗ وَاِنْ يَّسْتَغِيْثُوْا يُغَاثُوْا بِمَاۤءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِى الْوُجُوْهَۗ بِئْسَ الشَّرَابُۗ وَسَاۤءَتْ مُرْتَفَقًا Wa qulil-ḥaqqu mir rabbikum, faman syā'a falyu'miw wa man syā'a falyakfur, innā atadnā liẓ-ẓālimīna nārān, aḥāṭa bihim surādiquhā, wa iy yastagīṡū yugāṡū bimā'in kal-muhli yasywil-wujūha, bi'sasy-syarābu, wa sā'at murtafaqān. Katakanlah Nabi Muhammad, “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu. Maka, siapa yang menghendaki beriman, hendaklah dia beriman dan siapa yang menghendaki kufur, biarlah dia kufur.” Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka bagi orang-orang zalim yang gejolaknya mengepung mereka. Jika mereka meminta pertolongan dengan meminta minum, mereka akan diberi air seperti cairan besi yang mendidih yang menghanguskan wajah. Itulah seburuk-buruk minuman dan tempat istirahat yang paling jelek. اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اِنَّا لَا نُضِيْعُ اَجْرَ مَنْ اَحْسَنَ عَمَلًاۚ Innal-lażīna āmanū wa amiluṣ-ṣāliḥāti innā lā nuḍīu ajra man aḥsana amalān. Sesungguhnya mereka yang beriman dan mengerjakan kebajikan, Kami benar-benar tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang mengerjakan perbuatan baik. اُولٰۤىِٕكَ لَهُمْ جَنّٰتُ عَدْنٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهِمُ الْاَنْهٰرُ يُحَلَّوْنَ فِيْهَا مِنْ اَسَاوِرَ مِنْ ذَهَبٍ وَّيَلْبَسُوْنَ ثِيَابًا خُضْرًا مِّنْ سُنْدُسٍ وَّاِسْتَبْرَقٍ مُّتَّكِـِٕيْنَ فِيْهَا عَلَى الْاَرَاۤىِٕكِۗ نِعْمَ الثَّوَابُۗ وَحَسُنَتْ مُرْتَفَقًا ࣖ Ulā'ika lahum jannātu adnin tajrī min taḥtihimul-anhāru yuḥallauna fīhā min asāwira min żahabiw wa yalbasūna ṡiyāban khuḍram min sundusiw wa istabraqim muttaki'īna fīhā alal-arā'iki, nimaṡ-ṡawābu, wa ḥasunat murtafaqān. Mereka itulah yang memperoleh surga Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Dalam surga itu mereka diberi hiasan gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutra halus dan sutra tebal. Mereka duduk-duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah sebaik-baik pahala dan tempat istirahat yang indah. ۞ وَاضْرِبْ لَهُمْ مَّثَلًا رَّجُلَيْنِ جَعَلْنَا لِاَحَدِهِمَا جَنَّتَيْنِ مِنْ اَعْنَابٍ وَّحَفَفْنٰهُمَا بِنَخْلٍ وَّجَعَلْنَا بَيْنَهُمَا زَرْعًاۗ Waḍrib lahum maṡalar rajulaini jaalnā li'aḥadihimā jannataini min anābiw wa ḥafafnāhumā binakhliw wa jaalnā bainahumā zarān. Berikanlah Nabi Muhammad kepada mereka sebuah perumpamaan, yaitu dua orang laki-laki. Kami berikan kepada salah satunya yang kufur dua kebun anggur. Kami kelilingi kedua kebun itu dengan pohon-pohon kurma dan Kami buatkan ladang di antara kedua kebun itu. كِلْتَا الْجَنَّتَيْنِ اٰتَتْ اُكُلَهَا وَلَمْ تَظْلِمْ مِّنْهُ شَيْـًٔاۙ وَّفَجَّرْنَا خِلٰلَهُمَا نَهَرًاۙ Kiltal-jannataini ātat ukulahā wa lam taẓlim minhu syai'ān, wa fajjarnā khilālahumā naharān. Kedua kebun itu menghasilkan buahnya dan tidak berkurang buahnya sedikit pun. Kami pun alirkan sungai dengan deras di celah-celah kedua kebun itu. وَّكَانَ لَهٗ ثَمَرٌۚ فَقَالَ لِصَاحِبِهٖ وَهُوَ يُحَاوِرُهٗٓ اَنَا۠ اَكْثَرُ مِنْكَ مَالًا وَّاَعَزُّ نَفَرًا Wa kāna lahū ṡamarun, fa qāla liṣāḥibihī wa huwa yuḥāwiruhū ana akṡaru minka mālaw wa aazzu nafarān. Dia orang kafir itu juga memiliki kekayaan besar. Dia lalu berkata kepada kawannya yang beriman ketika bercakap-cakap dengannya, “Hartaku lebih banyak daripada hartamu dan pengikutku lebih kuat.” وَدَخَلَ جَنَّتَهٗ وَهُوَ ظَالِمٌ لِّنَفْسِهٖۚ قَالَ مَآ اَظُنُّ اَنْ تَبِيْدَ هٰذِهٖٓ اَبَدًاۙ Wa dakhala jannatahū wa huwa ẓālimul linafsihī, qāla mā aẓunnu an tabīda hāżihī abadān. Dia memasuki kebunnya dengan sikap menzalimi dirinya sendiri karena angkuh dan kufur. Dia berkata, “Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya, وَّمَآ اَظُنُّ السَّاعَةَ قَاۤىِٕمَةً وَّلَىِٕنْ رُّدِدْتُّ اِلٰى رَبِّيْ لَاَجِدَنَّ خَيْرًا مِّنْهَا مُنْقَلَبًا Wa mā aẓunnus-sāata qā'imataw wa la'ir rudittu ilā rabbī la'ajidanna khairam minhā munqalabān. aku kira hari Kiamat tidak akan datang dan sekiranya aku dikembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik daripada ini.” قَالَ لَهٗ صَاحِبُهٗ وَهُوَ يُحَاوِرُهٗٓ اَكَفَرْتَ بِالَّذِيْ خَلَقَكَ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُّطْفَةٍ ثُمَّ سَوّٰىكَ رَجُلًاۗ Qāla lahū ṣāḥibuhū wa huwa yuḥāwiruhū akafarta bil-lażī khalaqaka min turābin ṡumma min nuṭfatin ṡumma sawwāka rajulān. Kawannya yang beriman berkata kepadanya ketika bercakap-cakap dengannya, “Apakah engkau ingkar kepada Tuhan yang menciptakanmu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan engkau seorang laki-laki yang sempurna? لٰكِنَّا۠ هُوَ اللّٰهُ رَبِّيْ وَلَآ اُشْرِكُ بِرَبِّيْٓ اَحَدًا Lākinna huwallāhu rabbī wa lā usyriku birabbī aḥadān. Akan tetapi, aku percaya bahwa Dia adalah Allah, Tuhanku, dan aku tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan Tuhanku. وَلَوْلَآ اِذْ دَخَلْتَ جَنَّتَكَ قُلْتَ مَا شَاۤءَ اللّٰهُ ۙ لَا قُوَّةَ اِلَّا بِاللّٰهِ ۚاِنْ تَرَنِ اَنَا۠ اَقَلَّ مِنْكَ مَالًا وَّوَلَدًاۚ Wa lau lā iż dakhalta jannataka qulta mā syā'allāhu, lā quwwata illā billāhi, in tarani ana aqalla minka mālaw wa waladān. Mengapa ketika engkau memasuki kebunmu tidak mengucapkan, “Mā syā’allāh, lā quwwata illā billāh” sungguh, ini semua kehendak Allah. Tidak ada kekuatan apa pun kecuali dengan [pertolongan] Allah. Jika engkau anggap harta dan keturunanku lebih sedikit daripadamu, فَعَسٰى رَبِّيْٓ اَنْ يُّؤْتِيَنِ خَيْرًا مِّنْ جَنَّتِكَ وَيُرْسِلَ عَلَيْهَا حُسْبَانًا مِّنَ السَّمَاۤءِ فَتُصْبِحَ صَعِيْدًا زَلَقًاۙ Fa asā rabbī ay yu'tiyani khairam min jannatika wa yursila alaihā ḥusbānam minas-samā'i fa tuṣbiḥa ṣaīdan zalaqān. mudah-mudahan Tuhanku akan memberikan kepadaku kebun yang lebih baik daripada kebunmu ini dan mengirimkan petir dari langit ke kebunmu sehingga kebun itu menjadi tanah yang licin اَوْ يُصْبِحَ مَاۤؤُهَا غَوْرًا فَلَنْ تَسْتَطِيْعَ لَهٗ طَلَبًا Au yuṣbiḥa mā'uhā gauran falan tastaṭīa lahū ṭalabān. atau airnya menjadi surut ke dalam tanah sehingga engkau tidak akan dapat menemukannya lagi.” وَاُحِيْطَ بِثَمَرِهٖ فَاَصْبَحَ يُقَلِّبُ كَفَّيْهِ عَلٰى مَآ اَنْفَقَ فِيْهَا وَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلٰى عُرُوْشِهَا وَيَقُوْلُ يٰلَيْتَنِيْ لَمْ اُشْرِكْ بِرَبِّيْٓ اَحَدًا Wa uḥīṭa biṡamarihī fa aṣbaḥa yuqallibu kaffaihi alā mā anfaqa fīhā wa hiya khāwiyatun alā urūsyihā wa yaqūlu yā laitanī lam usyrik birabbī aḥadān. Harta kekayaannya dibinasakan, lalu dia membolak-balikkan kedua telapak tangannya tanda sangat menyesal terhadap apa yang telah dia belanjakan untuk itu, sedangkan pohon anggur roboh bersama penyangganya dan dia berkata, “Aduhai, seandainya saja dahulu aku tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan Tuhanku.” وَلَمْ تَكُنْ لَّهٗ فِئَةٌ يَّنْصُرُوْنَهٗ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَمَا كَانَ مُنْتَصِرًاۗ Wa lam takul lahū fi'atuy yanṣurūnahū min dūnillāhi wa mā kāna muntaṣirān. Tidak ada lagi baginya segolongan pun yang dapat menolongnya selain Allah dan dia pun tidak dapat membela dirinya. هُنَالِكَ الْوَلَايَةُ لِلّٰهِ الْحَقِّۗ هُوَ خَيْرٌ ثَوَابًا وَّخَيْرٌ عُقْبًا ࣖ Hunālikal-walāyatu lillāhil-ḥaqqi, huwa khairun ṡawābaw wa khairun uqbān. Di sana pertolongan itu hanya milik Allah Yang Mahabenar. Dia adalah pemberi pahala terbaik dan pemberi kesudahan terbaik. وَاضْرِبْ لَهُمْ مَّثَلَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا كَمَاۤءٍ اَنْزَلْنٰهُ مِنَ السَّمَاۤءِ فَاخْتَلَطَ بِهٖ نَبَاتُ الْاَرْضِ فَاَصْبَحَ هَشِيْمًا تَذْرُوْهُ الرِّيٰحُ ۗوَكَانَ اللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ مُّقْتَدِرًا Waḍrib lahum maṡalal-ḥayātid-dun-yā kamā'in anzalnāhu minas-samā'i fakhtalaṭa bihī nabātul-arḍi fa aṣbaḥa hasyīman tażrūhur-riyāḥu, wa kānallāhu alā kulli syai'im muqtadirān. Buatkanlah untuk mereka umat manusia perumpamaan kehidupan dunia ini, yaitu ibarat air hujan yang Kami turunkan dari langit sehingga menyuburkan tumbuh-tumbuhan di bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering kerontang yang diterbangkan oleh angin. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. اَلْمَالُ وَالْبَنُوْنَ زِيْنَةُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۚ وَالْبٰقِيٰتُ الصّٰلِحٰتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَّخَيْرٌ اَمَلًا Al-mālu wal-banūna zīnatul-ḥayātid-dun-yā, wal-bāqiyātuṣ-ṣāliḥātu khairun inda rabbika ṡawābaw wa khairun amalān. Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, sedangkan amal kebajikan yang abadi pahalanya adalah lebih baik balasannya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. وَيَوْمَ نُسَيِّرُ الْجِبَالَ وَتَرَى الْاَرْضَ بَارِزَةًۙ وَّحَشَرْنٰهُمْ فَلَمْ نُغَادِرْ مِنْهُمْ اَحَدًاۚ Wa yauma nusayyirul-jibāla wa taral-arḍa bārizahtan, wa ḥasyarnāhum falam nugādir minhum aḥadān. Ingatlah pada hari ketika Kami perjalankan gunung-gunung untuk dihancurkan dan engkau melihat bumi itu rata. Kami kumpulkan mereka seluruh manusia dan tidak Kami tinggalkan seorang pun dari mereka. وَعُرِضُوْا عَلٰى رَبِّكَ صَفًّاۗ لَقَدْ جِئْتُمُوْنَا كَمَا خَلَقْنٰكُمْ اَوَّلَ مَرَّةٍۢ ۖبَلْ زَعَمْتُمْ اَلَّنْ نَّجْعَلَ لَكُمْ مَّوْعِدًا Wa uriḍū alā rabbika ṣaffān, laqad ji'tumūnā kamā khalaqnākum awwala marratim bal zaamtum allan najala lakum mauidān. Mereka akan dibawa ke hadapan Tuhanmu dengan berbaris. Allah berfirman, “Sungguh, kamu telah datang kepada Kami, sebagaimana Kami menciptakan kamu pada pertama kali. Bahkan kamu menganggap bahwa Kami tidak akan menetapkan bagimu waktu berbangkit untuk memenuhi perjanjian.” وَوُضِعَ الْكِتٰبُ فَتَرَى الْمُجْرِمِيْنَ مُشْفِقِيْنَ مِمَّا فِيْهِ وَيَقُوْلُوْنَ يٰوَيْلَتَنَا مَالِ هٰذَا الْكِتٰبِ لَا يُغَادِرُ صَغِيْرَةً وَّلَا كَبِيْرَةً اِلَّآ اَحْصٰىهَاۚ وَوَجَدُوْا مَا عَمِلُوْا حَاضِرًاۗ وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ اَحَدًا ࣖ Wa wuḍial-kitābu fa taral-mujrimīna musyfiqīna mimmā fīhi wa yaqūlūna yā wailatanā mā lihāżal-kitābi lā yugādiru ṣagīrataw wa lā kabīratan illā aḥṣāhā, wa wajadū mā amilū ḥaḍirān, wa lā yaẓlimu rabbuka aḥadān. Diletakkanlah kitab catatan amal pada setiap orang, lalu engkau akan melihat orang yang berdosa merasa ketakutan terhadap apa yang tertulis di dalamnya. Mereka berkata, “Betapa celaka kami, kitab apakah ini, tidak meninggalkan yang kecil dan yang besar, kecuali mencatatnya.” Mereka mendapati semua apa yang telah mereka kerjakan tertulis. Tuhanmu tidak menzalimi seorang pun. وَاِذْ قُلْنَا لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اسْجُدُوْا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوْٓا اِلَّآ اِبْلِيْسَۗ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ اَمْرِ رَبِّهٖۗ اَفَتَتَّخِذُوْنَهٗ وَذُرِّيَّتَهٗٓ اَوْلِيَاۤءَ مِنْ دُوْنِيْ وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّۗ بِئْسَ لِلظّٰلِمِيْنَ بَدَلًا Wa iż qulnā lil-malā'ikatisjudū li'ādama fa sajadū illā iblīsa, kāna minal-jinni fa fasaqa an amri rabbihī, afa tattakhiżūnahū wa żurriyyatahū auliyā'a min dūnī wa hum lakum aduwwun, bi'sa liẓ-ẓālimīna badalān. Ingatlah ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu semua kepada Adam!” Mereka pun sujud, tetapi Iblis enggan. Dia termasuk golongan jin, kemudian dia mendurhakai perintah Tuhannya. Pantaskah kamu menjadikan dia dan keturunannya sebagai penolong selain Aku, padahal mereka adalah musuhmu? Dia Iblis seburuk-buruk pengganti Allah bagi orang-orang zalim. ۞ مَآ اَشْهَدْتُّهُمْ خَلْقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَلَا خَلْقَ اَنْفُسِهِمْۖ وَمَا كُنْتُ مُتَّخِذَ الْمُضِلِّيْنَ عَضُدًا Mā asyhattuhum khalqas-samāwāti wal-arḍi wa lā khalqa anfusihim, wa mā kuntu muttakhiżal-muḍillīna aḍudān. Aku tidak menghadirkan mereka Iblis dan anak cucunya untuk menyaksikan penciptaan langit dan bumi, tidak pula penciptaan diri mereka sendiri. Aku tidak menjadikan mereka yang telah menyesatkan itu sebagai penolong. وَيَوْمَ يَقُوْلُ نَادُوْا شُرَكَاۤءِيَ الَّذِيْنَ زَعَمْتُمْ فَدَعَوْهُمْ فَلَمْ يَسْتَجِيْبُوْا لَهُمْ وَجَعَلْنَا بَيْنَهُمْ مَّوْبِقًا Wa yauma yaqūlu nādū syurakā'iyal-lażīna zaamtum fa daauhum falam yastajībū lahum wa jaalnā bainahum maubiqān. Ingatlah pada hari ketika Dia berfirman, “Panggillah sekutu-sekutu-Ku yang kamu anggap dapat menyelamatkanmu dari siksaan-Ku.” Mereka lalu memanggilnya, tetapi mereka sekutu-sekutu itu tidak membalas seruan mereka. Kami jadikan di antara mereka yang menyembah dan disembah tempat kebinasaan neraka. وَرَاَ الْمُجْرِمُوْنَ النَّارَ فَظَنُّوْٓا اَنَّهُمْ مُّوَاقِعُوْهَا وَلَمْ يَجِدُوْا عَنْهَا مَصْرِفًا ࣖ Wa ra'al-mujrimūnan nāra fa ẓannū annahum muwāqiūhā wa lam yajidū anhā maṣrifān. Orang yang berdosa itu melihat neraka, lalu merasa yakin akan jatuh ke dalamnya seketika itu juga. Mereka tidak menemukan tempat berpaling darinya. وَلَقَدْ صَرَّفْنَا فِيْ هٰذَا الْقُرْاٰنِ لِلنَّاسِ مِنْ كُلِّ مَثَلٍۗ وَكَانَ الْاِنْسَانُ اَكْثَرَ شَيْءٍ جَدَلًا Wa laqad ṣarrafnā fī hāżal-qur'āni lin-nāsi min kulli maṡalin, wa kānal-insānu akṡara syai'in jadalān. Sungguh, Kami telah menjelaskan segala perumpamaan dengan berbagai macam cara dan berulang-ulang kepada manusia dalam Al-Qur’an ini. Akan tetapi, manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah. وَمَا مَنَعَ النَّاسَ اَنْ يُّؤْمِنُوْٓا اِذْ جَاۤءَهُمُ الْهُدٰى وَيَسْتَغْفِرُوْا رَبَّهُمْ اِلَّآ اَنْ تَأْتِيَهُمْ سُنَّةُ الْاَوَّلِيْنَ اَوْ يَأْتِيَهُمُ الْعَذَابُ قُبُلًا Wa mā manaan-nāsa ay yu'minū iż jā'ahumul-hudā wa yastagfirū rabbahum illā an ta'tiyahum sunnatul-awwalīna au ya'tiyahumul-ażābu qubulān. Tidak ada yang menghalangi manusia untuk beriman ketika petunjuk telah datang kepada mereka dan untuk memohon ampunan kepada Tuhannya, kecuali akan datang kepada mereka ketetapan Allah yang telah berlaku pada umat yang terdahulu atau datang kepada mereka azab yang nyata. وَمَا نُرْسِلُ الْمُرْسَلِيْنَ اِلَّا مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَۚ وَيُجَادِلُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِالْبَاطِلِ لِيُدْحِضُوْا بِهِ الْحَقَّ وَاتَّخَذُوْٓا اٰيٰتِيْ وَمَآ اُنْذِرُوْا هُزُوًا Wa mā nursilul-mursalīna illā mubasysyirīna wa munżirīna, wa yujādilul-lażīna kafarū bil-bāṭili liyudḥiḍū bihil-ḥaqqa wattakhażū āyātī wa mā unżirū huzuwān. Kami tidak mengutus rasul-rasul melainkan sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan. Akan tetapi, orang-orang yang kufur membantah dengan cara yang batil agar dengan itu mereka dapat melenyapkan sesuatu yang hak kebenaran. Mereka menjadikan ayat-ayat-Ku dan apa yang diperingatkan terhadap mereka sebagai olok-olok. وَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنْ ذُكِّرَ بِاٰيٰتِ رَبِّهٖ فَاَعْرَضَ عَنْهَا وَنَسِيَ مَا قَدَّمَتْ يَدَاهُۗ اِنَّا جَعَلْنَا عَلٰى قُلُوْبِهِمْ اَكِنَّةً اَنْ يَّفْقَهُوْهُ وَفِيْٓ اٰذَانِهِمْ وَقْرًاۗ وَاِنْ تَدْعُهُمْ اِلَى الْهُدٰى فَلَنْ يَّهْتَدُوْٓا اِذًا اَبَدًا Wa man aẓlamu mimman żukkira bi'āyāti rabbihī fa araḍa anhā wa nasiya mā qaddamat yadāhu, innā jaalnā alā qulūbihim akinnatan ay yafqahūhu wa fī āżānihim waqrān, wa in taduhum ilal-hudā falay yahtadū iżan abadān. Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, lalu dia berpaling darinya dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya? Sesungguhnya Kami telah meletakkan penutup pada hati mereka, sehingga mereka tidak memahaminya dan meletakkan pula sumbatan di telinga mereka. Dengan demikian, kendatipun engkau Nabi Muhammad menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk untuk selama-lamanya. وَرَبُّكَ الْغَفُوْرُ ذُو الرَّحْمَةِۗ لَوْ يُؤَاخِذُهُمْ بِمَا كَسَبُوْا لَعَجَّلَ لَهُمُ الْعَذَابَۗ بَلْ لَّهُمْ مَّوْعِدٌ لَّنْ يَّجِدُوْا مِنْ دُوْنِهٖ مَوْىِٕلًا Wa rabbukal-gafūru żur-raḥmahti, lau yu'ākhiżuhum bimā kasabū laajjala lahumul-ażāba, bal lahum mauidul lay yajidū min dūnihī mau'ilān. Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Pemilik rahmat. Seandainya Dia hendak menyiksa mereka karena perbuatan mereka, tentu Dia akan menyegerakan siksa bagi mereka. Akan tetapi, bagi mereka ada waktu untuk mendapat siksa yang mereka tidak akan menemukan tempat berlindung selain-Nya. وَتِلْكَ الْقُرٰٓى اَهْلَكْنٰهُمْ لَمَّا ظَلَمُوْا وَجَعَلْنَا لِمَهْلِكِهِمْ مَّوْعِدًا ࣖ Wa tilkal-qurā ahlaknāhum lammā ẓalamū wa jaalnā limahlikihim mauidān. Penduduk negeri-negeri itu telah Kami binasakan ketika mereka berbuat zalim dan telah Kami tetapkan waktu bagi kebinasaan mereka. وَاِذْ قَالَ مُوْسٰى لِفَتٰىهُ لَآ اَبْرَحُ حَتّٰٓى اَبْلُغَ مَجْمَعَ الْبَحْرَيْنِ اَوْ اَمْضِيَ حُقُبًا Wa iż qāla mūsā lifatāhu lā abraḥu ḥattā abluga majmaal-baḥraini au amḍiya ḥuqubān. Ingatlah ketika Musa berkata kepada pembantunya, “Aku tidak akan berhenti berjalan sebelum sampai ke pertemuan dua laut atau aku akan berjalan terus sampai bertahun-tahun.” فَلَمَّا بَلَغَا مَجْمَعَ بَيْنِهِمَا نَسِيَا حُوْتَهُمَا فَاتَّخَذَ سَبِيْلَهٗ فِى الْبَحْرِ سَرَبًا Falammā balagā majmaa bainihimā nasiyā ḥūtahumā fattakhaża sabīlahū fil-baḥri sarabān. Ketika mereka sampai ke pertemuan dua laut, mereka lupa ikannya, lalu ikan mereka melompat mengambil jalan ke laut itu. فَلَمَّا جَاوَزَا قَالَ لِفَتٰىهُ اٰتِنَا غَدَاۤءَنَاۖ لَقَدْ لَقِيْنَا مِنْ سَفَرِنَا هٰذَا نَصَبًا Falammā jāwazā qāla lifatāhu ātinā gadā'anā laqad laqīnā min safarinā hāżā naṣabān. Ketika mereka telah melewati tempat itu, Musa berkata kepada pembantunya, “Bawalah kemari makanan kita. Sungguh, kita benar-benar telah merasa letih karena perjalanan kita ini.” قَالَ اَرَاَيْتَ اِذْ اَوَيْنَآ اِلَى الصَّخْرَةِ فَاِنِّيْ نَسِيْتُ الْحُوْتَۖ وَمَآ اَنْسٰىنِيْهُ اِلَّا الشَّيْطٰنُ اَنْ اَذْكُرَهٗۚ وَاتَّخَذَ سَبِيْلَهٗ فِى الْبَحْرِ عَجَبًا Qāla ara'aita iż awainā ilaṣ-ṣakhrati fa innī nasītul-ḥūta, wa mā ansānīhu illasy-syaiṭanu an ażkurahū, wattakhaża sabīlahū fil-baḥri ajabān. Dia pembantunya menjawab, “Tahukah engkau ketika kita mencari tempat berlindung di batu tadi, sesungguhnya aku lupa bercerita tentang ikan itu dan tidak ada yang membuatku lupa untuk mengingatnya, kecuali setan. Ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh.” قَالَ ذٰلِكَ مَا كُنَّا نَبْغِۖ فَارْتَدَّا عَلٰٓى اٰثَارِهِمَا قَصَصًاۙ Qāla żālika mā kunnā nabgi, fartaddā alā āṡārihimā qaṣaṣān. Dia Musa berkata, “Itulah yang kita cari.” Lalu keduanya kembali dan menyusuri jejak mereka semula. فَوَجَدَا عَبْدًا مِّنْ عِبَادِنَآ اٰتَيْنٰهُ رَحْمَةً مِّنْ عِنْدِنَا وَعَلَّمْنٰهُ مِنْ لَّدُنَّا عِلْمًا Fa wajadā abdam min ibādinā ātaināhu raḥmatam min indinā wa allamnāhu mil ladunnā ilmān. Lalu, mereka berdua bertemu dengan seorang dari hamba-hamba Kami yang telah Kami anugerahi rahmat kepadanya dari sisi Kami. Kami telah mengajarkan ilmu kepadanya dari sisi Kami. قَالَ لَهٗ مُوْسٰى هَلْ اَتَّبِعُكَ عَلٰٓى اَنْ تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا Qāla lahū mūsā hal attabiuka alā an tuallimani mimmā ullimta rusydān. Musa berkata kepadanya, “Bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku ilmu yang benar dari apa yang telah diajarkan kepadamu untuk menjadi petunjuk?” قَالَ اِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيْعَ مَعِيَ صَبْرًا Qāla innaka lan tastaṭīa maiya ṣabrān. Dia menjawab, “Sesungguhnya engkau tidak akan sanggup bersabar bersamaku. وَكَيْفَ تَصْبِرُ عَلٰى مَا لَمْ تُحِطْ بِهٖ خُبْرًا Wa kaifa taṣbiru alā mā lam tuḥiṭ bihī khubrān. Bagaimana engkau akan sanggup bersabar atas sesuatu yang engkau belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentangnya?” قَالَ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ صَابِرًا وَّلَآ اَعْصِيْ لَكَ اَمْرًا Qāla satajidunī in syā'allāhu ṣābiraw wa lā aṣī laka amrān. Dia Musa berkata, “Insyaallah engkau akan mendapatiku sebagai orang yang sabar dan aku tidak akan menentangmu dalam urusan apa pun.” قَالَ فَاِنِ اتَّبَعْتَنِيْ فَلَا تَسْـَٔلْنِيْ عَنْ شَيْءٍ حَتّٰٓى اُحْدِثَ لَكَ مِنْهُ ذِكْرًا ࣖ Qāla fa inittabatanī falā tas'alnī an syai'in ḥattā uḥdiṡa laka minhu żikrān. Dia berkata, “Jika engkau mengikutiku, janganlah engkau menanyakan kepadaku tentang apa pun sampai aku menerangkannya kepadamu.” فَانْطَلَقَاۗ حَتّٰٓى اِذَا رَكِبَا فِى السَّفِيْنَةِ خَرَقَهَاۗ قَالَ اَخَرَقْتَهَا لِتُغْرِقَ اَهْلَهَاۚ لَقَدْ جِئْتَ شَيْـًٔا اِمْرًا Fanṭalaqā, ḥattā iżā rakibā fis-safīnati khara ahā, qāla akharaqtahā litugriqa ahlahā, laqad ji'ta syai'an imrān. Kemudian, berjalanlah keduanya, hingga ketika menaiki perahu, dia melubanginya. Dia Musa berkata, “Apakah engkau melubanginya untuk menenggelamkan penumpangnya? Sungguh, engkau telah berbuat suatu kesalahan yang besar.” قَالَ اَلَمْ اَقُلْ اِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيْعَ مَعِيَ صَبْرًا Qāla alam aqul innaka lan tastaṭīa maiya ṣabrān. Dia berkata, “Bukankah sudah aku katakan bahwa sesungguhnya engkau tidak akan sanggup bersabar bersamaku?” قَالَ لَا تُؤَاخِذْنِيْ بِمَا نَسِيْتُ وَلَا تُرْهِقْنِيْ مِنْ اَمْرِيْ عُسْرًا Qāla lā tu'ākhiżnī bimā nasītu wa lā turhiqnī min amrī usrān. Dia Musa berkata, “Janganlah engkau menghukumku karena kelupaanku dan janganlah engkau membebaniku dengan kesulitan dalam urusanku.” فَانْطَلَقَا ۗحَتّٰٓى اِذَا لَقِيَا غُلٰمًا فَقَتَلَهٗ ۙقَالَ اَقَتَلْتَ نَفْسًا زَكِيَّةً؈ۢبِغَيْرِ نَفْسٍۗ لَقَدْ جِئْتَ شَيْـًٔا نُّكْرًا ۔ Fanṭalaqā, ḥattā iżā laqiyā gulāman fa qatalahū, qāla aqatalta nafsan zakiyyatam bigairi nafsin, laqad ji'ta syai'an nukrān. Kemudian, berjalanlah keduanya, hingga ketika berjumpa dengan seorang anak, dia membunuhnya. Dia Musa berkata, “Mengapa engkau membunuh jiwa yang bersih bukan karena dia membunuh orang lain? Sungguh, engkau benar-benar telah melakukan sesuatu yang sangat mungkar.” ۞ قَالَ اَلَمْ اَقُلْ لَّكَ اِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيْعَ مَعِيَ صَبْرًا Qāla alam aqul laka innaka lan tastaṭīa maiya ṣabrān. Dia berkata, “Bukankah sudah kukatakan kepadamu bahwa sesungguhnya engkau tidak akan mampu bersabar bersamaku?” قَالَ اِنْ سَاَلْتُكَ عَنْ شَيْءٍۢ بَعْدَهَا فَلَا تُصٰحِبْنِيْۚ قَدْ بَلَغْتَ مِنْ لَّدُنِّيْ عُذْرًا Qāla in sa'altuka an syai'im badahā falā tuṣāḥibnī, qad balagta mil ladunnī użrān. Dia Musa berkata, “Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu setelah ini, jangan lagi engkau memperbolehkan aku menyertaimu. Sungguh engkau telah mencapai batas yang wajar dalam memberikan uzur maaf kepadaku.” فَانْطَلَقَا ۗحَتّٰىٓ اِذَآ اَتَيَآ اَهْلَ قَرْيَةِ ِۨاسْتَطْعَمَآ اَهْلَهَا فَاَبَوْا اَنْ يُّضَيِّفُوْهُمَا فَوَجَدَا فِيْهَا جِدَارًا يُّرِيْدُ اَنْ يَّنْقَضَّ فَاَقَامَهٗ ۗقَالَ لَوْ شِئْتَ لَتَّخَذْتَ عَلَيْهِ اَجْرًا Fanṭalaqā, ḥattā iżā atayā ahla qaryatinistaṭamā ahlahā fa abau ay yuḍayyifūhumā fa wajadā fīhā jidāray yurīdu ay yaqaḍḍa fa aqāmahū, qāla lau syi'ta lattakhażta alaihi ajrān. Lalu, keduanya berjalan, hingga ketika keduanya sampai ke penduduk suatu negeri, mereka berdua meminta dijamu oleh penduduknya, tetapi mereka tidak mau menjamu keduanya. Kemudian, keduanya mendapati dinding rumah yang hampir roboh di negeri itu, lalu dia menegakkannya. Dia Musa berkata, “Jika engkau mau, niscaya engkau dapat meminta imbalan untuk itu.” قَالَ هٰذَا فِرَاقُ بَيْنِيْ وَبَيْنِكَۚ سَاُنَبِّئُكَ بِتَأْوِيْلِ مَا لَمْ تَسْتَطِعْ عَّلَيْهِ صَبْرًا Qāla hāżā firāqu bainī wa bainika, sa'unabbi'uka bita'wīli mā lam tastaṭī alaihi ṣabrān. Dia berkata, “Inilah waktu perpisahan antara aku dan engkau. Aku akan memberitahukan kepadamu makna sesuatu yang engkau tidak mampu bersabar terhadapnya. اَمَّا السَّفِيْنَةُ فَكَانَتْ لِمَسٰكِيْنَ يَعْمَلُوْنَ فِى الْبَحْرِ فَاَرَدْتُّ اَنْ اَعِيْبَهَاۗ وَكَانَ وَرَاۤءَهُمْ مَّلِكٌ يَّأْخُذُ كُلَّ سَفِيْنَةٍ غَصْبًا Ammas-safīnatu fa kānat limasākīna yamalūna fil-baḥri fa arattu an aībahā, wa kāna warā'ahum malikuy ya'khużu kulla safīnatin gaṣbān. Adapun perahu itu adalah milik orang-orang miskin yang bekerja di laut. Maka, aku bermaksud membuatnya cacat karena di hadapan mereka ada seorang raja zalim yang mengambil setiap perahu yang baik secara paksa. وَاَمَّا الْغُلٰمُ فَكَانَ اَبَوَاهُ مُؤْمِنَيْنِ فَخَشِيْنَآ اَنْ يُّرْهِقَهُمَا طُغْيَانًا وَّكُفْرًا ۚ Wa ammal-gulāmu fa kāna abawāhu mu'minaini fa khasyīnā ay yurhiqahumā ṭugyānaw wa kufrān. Adapun anak itu yang aku bunuh, kedua orang tuanya mukmin dan kami khawatir kalau dia akan memaksa kedua orang tuanya untuk durhaka dan kufur. فَاَرَدْنَآ اَنْ يُّبْدِلَهُمَا رَبُّهُمَا خَيْرًا مِّنْهُ زَكٰوةً وَّاَقْرَبَ رُحْمًا Fa aradnā ay yubdilahumā rabbuhumā khairam minhu zakātaw wa aqraba ruḥmān. Maka, kami menghendaki bahwa Tuhan mereka menggantinya dengan seorang anak lain yang lebih baik kesuciannya daripada anak itu dan lebih sayang kepada ibu bapaknya. وَاَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلٰمَيْنِ يَتِيْمَيْنِ فِى الْمَدِيْنَةِ وَكَانَ تَحْتَهٗ كَنْزٌ لَّهُمَا وَكَانَ اَبُوْهُمَا صَالِحًا ۚفَاَرَادَ رَبُّكَ اَنْ يَّبْلُغَآ اَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِّنْ رَّبِّكَۚ وَمَا فَعَلْتُهٗ عَنْ اَمْرِيْۗ ذٰلِكَ تَأْوِيْلُ مَا لَمْ تَسْطِعْ عَّلَيْهِ صَبْرًاۗ ࣖ Wa ammal-jidāru fa kāna ligulāmaini yatīmaini fil-madīnati wa kāna taḥtahū kanzul lahumā wa kāna abūhumā ṣāliḥān, fa arāda rabbuka ay yablugā asyuddahumā wa yastakhrijā kanzahumā raḥmatam mir rabbika, wa mā faaltuhū an amrī, żālika ta'wīlu mā lam tasṭī alaihi ṣabrān. Adapun dinding rumah itu adalah milik dua anak yatim di kota itu dan di bawahnya tersimpan harta milik mereka berdua, sedangkan ayah mereka adalah orang saleh. Maka, Tuhanmu menghendaki agar keduanya mencapai usia dewasa dan mengeluarkan simpanannya itu sebagai rahmat dari Tuhanmu. Aku tidak melakukannya berdasarkan kemauanku sendiri. Itulah makna sesuatu yang engkau tidak mampu bersabar terhadapnya.” وَيَسْـَٔلُوْنَكَ عَنْ ذِى الْقَرْنَيْنِۗ قُلْ سَاَتْلُوْا عَلَيْكُمْ مِّنْهُ ذِكْرًا ۗ Wa yas'alūnaka an żil qarnaini, qul sa'atlū alaikum minhu żikrān. Mereka bertanya kepadamu Nabi Muhammad tentang Zulqarnain. Katakanlah, “Akan aku bacakan kepadamu sebagian kisahnya.” اِنَّا مَكَّنَّا لَهٗ فِى الْاَرْضِ وَاٰتَيْنٰهُ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ سَبَبًا ۙ Innā makkannā lahū fil-arḍi wa ātaināhu min kulli syai'in sababān. Sesungguhnya Kami telah memberi kedudukan kepadanya di bumi dan Kami telah memberikan jalan kepadanya untuk mencapai segala sesuatu. فَاَتْبَعَ سَبَبًا Fa atbaa sababān. Maka, dia menyusuri suatu jalan. حَتّٰىٓ اِذَا بَلَغَ مَغْرِبَ الشَّمْسِ وَجَدَهَا تَغْرُبُ فِيْ عَيْنٍ حَمِئَةٍ وَّوَجَدَ عِنْدَهَا قَوْمًا ەۗ قُلْنَا يٰذَا الْقَرْنَيْنِ اِمَّآ اَنْ تُعَذِّبَ وَاِمَّآ اَنْ تَتَّخِذَ فِيْهِمْ حُسْنًا Ḥattā iżā balaga magribasy-syamsi wajadahā tagrubu fī ainin ḥami'atiw wa wajada indahā qaumān, qulnā yā żal-qarnaini immā an tuażżiba wa immā an tattakhiża fīhim ḥusnān. Hingga ketika telah sampai ke tempat terbenamnya matahari, dia mendapatinya terbenam di dalam mata air panas lagi berlumpur hitam. Di sana dia menemukan suatu kaum yang tidak mengenal agama. Kami berfirman, “Wahai Zulqarnain, engkau boleh menghukum atau berbuat kebaikan kepada mereka dengan mengajak mereka beriman.” قَالَ اَمَّا مَنْ ظَلَمَ فَسَوْفَ نُعَذِّبُهٗ ثُمَّ يُرَدُّ اِلٰى رَبِّهٖ فَيُعَذِّبُهٗ عَذَابًا نُّكْرًا Qāla ammā man ẓalama fa saufa nuażżibuhū ṡumma yuraddu ilā rabbihī fa yuażżibuhū ażāban nukrān. Dia Zulqarnain berkata, “Adapun orang yang berbuat zalim akan kami hukum. Lalu, dia akan dikembalikan kepada Tuhannya. Kemudian, Dia mengazabnya dengan azab yang sangat keras. وَاَمَّا مَنْ اٰمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهٗ جَزَاۤءً ۨالْحُسْنٰىۚ وَسَنَقُوْلُ لَهٗ مِنْ اَمْرِنَا يُسْرًا ۗ Wa ammā man āmana wa amila ṣāliḥan fa lahū jazā'anil-ḥusnā, wa sanaqūlu lahū min amrinā yusrān. Adapun orang yang beriman dan beramal saleh mendapat pahala yang terbaik sebagai balasan dan akan kami sampaikan kepadanya perintah kami yang mudah-mudah.” ثُمَّ اَتْبَعَ سَبَبًا Ṡumma atbaa sababān. Kemudian, dia mengikuti suatu jalan yang lain. حَتّٰىٓ اِذَا بَلَغَ مَطْلِعَ الشَّمْسِ وَجَدَهَا تَطْلُعُ عَلٰى قَوْمٍ لَّمْ نَجْعَلْ لَّهُمْ مِّنْ دُوْنِهَا سِتْرًا ۙ Ḥattā iżā balaga maṭliasy-syamsi wajadahā taṭluu alā qaumil lam najal lahum min dūnihā sitrān. Hingga ketika sampai di posisi terbitnya matahari arah timur, dia mendapatinya terbit pada suatu kaum yang tidak Kami buatkan suatu pelindung bagi mereka dari cahaya matahari itu. كَذٰلِكَۗ وَقَدْ اَحَطْنَا بِمَا لَدَيْهِ خُبْرًا Każālika, wa qad aḥaṭnā bimā ladaihi khubrān. Demikianlah kisahnya. Sungguh, Kami mengetahui segala sesuatu yang ada padanya Zulqarnain. ثُمَّ اَتْبَعَ سَبَبًا Ṡumma atbaa sababān. Kemudian, dia mengikuti suatu jalan yang lain lagi. حَتّٰىٓ اِذَا بَلَغَ بَيْنَ السَّدَّيْنِ وَجَدَ مِنْ دُوْنِهِمَا قَوْمًاۙ لَّا يَكَادُوْنَ يَفْقَهُوْنَ قَوْلًا Ḥattā iżā balaga bainas-saddaini wajada min dūnihimā qaumal lā yakādūna yafqahūna qaulān. Hingga ketika sampai di antara dua gunung, dia mendapati di balik keduanya kedua gunung itu suatu kaum yang hampir tidak memahami pembicaraan. قَالُوْا يٰذَا الْقَرْنَيْنِ اِنَّ يَأْجُوْجَ وَمَأْجُوْجَ مُفْسِدُوْنَ فِى الْاَرْضِ فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجًا عَلٰٓى اَنْ تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ سَدًّا Qālū yā żal-qarnaini inna ya'jūja wa ma'jūja mufsidūna fil-arḍi fahal najalu laka kharjan alā an tajalā bainanā wa bainahum saddān. Mereka berkata, “Wahai Zulqarnain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj adalah bangsa pembuat kerusakan di bumi, bolehkah kami memberimu imbalan agar engkau membuatkan tembok penghalang antara kami dan mereka?” قَالَ مَا مَكَّنِّيْ فِيْهِ رَبِّيْ خَيْرٌ فَاَعِيْنُوْنِيْ بِقُوَّةٍ اَجْعَلْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ رَدْمًا ۙ Qāla mā makkannī fīhi rabbī fa aīnūnī biquwwatin ajal bainakum wa bainahum radmān. Dia Zulqarnain berkata, “Apa yang telah dikuasakan kepadaku oleh Tuhanku lebih baik daripada apa yang kamu tawarkan. Maka, bantulah aku dengan kekuatan agar aku dapat membuatkan tembok penghalang antara kamu dan mereka. اٰتُوْنِيْ زُبَرَ الْحَدِيْدِۗ حَتّٰىٓ اِذَا سَاوٰى بَيْنَ الصَّدَفَيْنِ قَالَ انْفُخُوْا ۗحَتّٰىٓ اِذَا جَعَلَهٗ نَارًاۙ قَالَ اٰتُوْنِيْٓ اُفْرِغْ عَلَيْهِ قِطْرًا ۗ Ātūnī zubaral-ḥadīdi, ḥattā iżā sāwā bainaṣ-ṣadafaini qālanfukhū, ḥattā iżā jaalahū nārān, qāla ātūnī ufrig alaihi qiṭrān. Berilah aku potongan-potongan besi.” Hingga ketika potongan besi itu telah terpasang sama rata dengan kedua puncak gunung itu, dia Zulqarnain berkata, “Tiuplah api itu.” Ketika besi itu sudah menjadi merah seperti api, dia pun berkata, “Berilah aku tembaga yang mendidih agar kutuangkan ke atasnya besi panas itu.” فَمَا اسْطَاعُوْٓا اَنْ يَّظْهَرُوْهُ وَمَا اسْتَطَاعُوْا لَهٗ نَقْبًا Famasṭāū ay yaẓharūhu wa mastaṭāū lahū naqbān. Maka, mereka Ya’juj dan Ma’juj tidak mampu mendakinya dan tidak mampu pula melubanginya. قَالَ هٰذَا رَحْمَةٌ مِّنْ رَّبِّيْۚ فَاِذَا جَاۤءَ وَعْدُ رَبِّيْ جَعَلَهٗ دَكَّاۤءَۚ وَكَانَ وَعْدُ رَبِّيْ حَقًّا ۗ Qāla hāżā raḥmatum mir rabbī, fa iżā jā'a wadu rabbī jaalahū dakkā'a, wa kāna wadu rabbī ḥaqqān. Dia Zulqarnain berkata, “Tembok ini adalah rahmat dari Tuhanku. Apabila janji Tuhanku telah tiba, Dia akan menjadikannya hancur luluh. Janji Tuhanku itu benar.” ۞ وَتَرَكْنَا بَعْضَهُمْ يَوْمَىِٕذٍ يَّمُوْجُ فِيْ بَعْضٍ وَّنُفِخَ فِى الصُّوْرِ فَجَمَعْنٰهُمْ جَمْعًا ۙ Wa taraknā baḍahum yauma'iżiy yamūju fī baḍiw wa nufikha fiṣ-ṣūri fa jamanāhum jamān. Pada hari itu Kami biarkan sebagian mereka Ya’juj dan Ma’juj berbaur dengan sebagian yang lain. Apabila sangkakala ditiup lagi, Kami benar-benar akan mengumpulkan mereka seluruhnya. وَّعَرَضْنَا جَهَنَّمَ يَوْمَىِٕذٍ لِّلْكٰفِرِيْنَ عَرْضًا ۙ Wa araḍnā jahannama yauma'iżil lil-kāfirīna arḍān. Kami perlihatkan neraka Jahanam dengan jelas pada hari itu kepada orang-orang kafir, ۨالَّذِيْنَ كَانَتْ اَعْيُنُهُمْ فِيْ غِطَاۤءٍ عَنْ ذِكْرِيْ وَكَانُوْا لَا يَسْتَطِيْعُوْنَ سَمْعًا ࣖ Allażīna kānat ayunuhum fī giṭā'in an żikrī wa kānū lā yastaṭīūna samān. yaitu orang-orang yang mata hati-nya dalam keadaan tertutup dari ingat kepada-Ku dan mereka tidak sanggup mendengar. اَفَحَسِبَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَنْ يَّتَّخِذُوْا عِبَادِيْ مِنْ دُوْنِيْٓ اَوْلِيَاۤءَ ۗاِنَّآ اَعْتَدْنَا جَهَنَّمَ لِلْكٰفِرِيْنَ نُزُلًا Afaḥasibal-lażīna kafarū ay yattakhiżū ibādī min dūnī auliyā'a, innā atadnā jahannama lil-kāfirīna nuzulān. Maka, apakah orang-orang yang kufur mengira bahwa mereka dapat mengambil hamba-hamba-Ku menjadi penolong selain Aku? Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka Jahanam sebagai tempat tinggal bagi orang-orang kafir. قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْاَخْسَرِيْنَ اَعْمَالًا ۗ Qul hal nunabbi'ukum bil-akhsarīna amālān. Katakanlah Nabi Muhammad, “Apakah perlu kami beri tahukan orang-orang yang paling rugi perbuatannya kepadamu?” اَلَّذِيْنَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُوْنَ اَنَّهُمْ يُحْسِنُوْنَ صُنْعًا Al-lażīna ḍalla sayuhum fil-ḥayātid-dun-yā wa hum yaḥsabūna annahum yuḥsinūna ṣunān. Yaitu orang-orang yang sia-sia usahanya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka mengira bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِاٰيٰتِ رَبِّهِمْ وَلِقَاۤىِٕهٖ فَحَبِطَتْ اَعْمَالُهُمْ فَلَا نُقِيْمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ وَزْنًا Ulā'ikal-lażīna kafarū bi'āyāti rabbihim wa liqā'ihī fa ḥabiṭat amāluhum falā nuqīma lahum yaumal-qiyāmati waznān. Mereka itu adalah orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat Tuhannya dan kufur pula terhadap pertemuan dengan-Nya. Maka, amal mereka sia-sia dan Kami tidak memberikan penimbangan terhadap amal mereka pada hari Kiamat. ذٰلِكَ جَزَاۤؤُهُمْ جَهَنَّمُ بِمَا كَفَرُوْا وَاتَّخَذُوْٓا اٰيٰتِيْ وَرُسُلِيْ هُزُوًا Żālika jazā'uhum jahannamu bimā kafarū wattakhażū āyātī wa rusulī huzuwān. Itulah balasan mereka berupa neraka Jahanam karena mereka telah kufur serta menjadikan ayat-ayat-Ku dan rasul-rasul-Ku sebagai olok-olokan. اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنّٰتُ الْفِرْدَوْسِ نُزُلًا ۙ Innal-lażīna āmanū wa amiluṣ-ṣāliḥāti kānat lahum jannātul-firdausi nuzulān. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh memperoleh surga Firdaus sebagai tempat tinggal. خٰلِدِيْنَ فِيْهَا لَا يَبْغُوْنَ عَنْهَا حِوَلًا Khālidīna fīhā lā yabgūna anhā ḥiwalān. Mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin pindah dari sana. قُلْ لَّوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِّكَلِمٰتِ رَبِّيْ لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ اَنْ تَنْفَدَ كَلِمٰتُ رَبِّيْ وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهٖ مَدَدًا Qul lau kānal-baḥru midādal likalimāti rabbī lanafidal-baḥru qabla an tanfada kalimāṭu rabbī wa lau ji'nā bimiṡlihī madadān. Katakanlah Nabi Muhammad, “Seandainya lautan menjadi tinta untuk menulis kalimat-kalimat Tuhanku, niscaya habislah lautan itu sebelum kalimat-kalimat Tuhanku selesai ditulis meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu pula.” قُلْ اِنَّمَآ اَنَا۠ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوْحٰٓى اِلَيَّ اَنَّمَآ اِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَّاحِدٌۚ فَمَنْ كَانَ يَرْجُوْا لِقَاۤءَ رَبِّهٖ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَّلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهٖٓ اَحَدًا ࣖ Qul innamā ana basyarum miṡlukum yūḥā ilayya annamā ilāhukum ilāhuw wāḥidun, faman kāna yarjū liqā'a rabbihī falyamal amalan ṣāliḥaw wa lā yusyrik biibādati rabbihī aḥadān. Katakanlah Nabi Muhammad, “Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu yang diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa.” Siapa yang mengharapkan pertemuan dengan Tuhannya hendaklah melakukan amal saleh dan tidak menjadikan apa dan siapa pun sebagai sekutu dalam beribadah kepada Tuhannya. – Surat Al Kahfi adalah Surat yang disunnahkan untuk dibcaca pada hari Jumat. Surat Al Kahfi mengisahkan tentang ashabul kahfi hingga Zulkarnain, Yakjuj dan Makjuj. Bagi Anda yang ingin membaca Surat Al Kahfi Arab saja lengkap ayat 1-110 tanpa latin dan terjemahan bisa baca pada artikel ini. Bagi yang menggunakan HP, kami sarankan untuk klik gambar agar bisa menampilkan tampilan penuh. Berikut bacan Surat Al Kahfi Arab saja lengkap, tanpa latin dan terjemahan Halaman 1 2 Selanjutnya Editor Kukuh Tri Laksono Tags lengkap tanpa latin dan terjemahan Surat Al Kahfi Arab saja Artikel Terkait Bacaan Surat Yasin Arab Saja 1 Halaman Penuh, Tulisan Jelas tanpa Latin dan Arti Surat Yasin Latin Mudah Dibaca Tanpa Tulisan Arab dan Terjemahan Surat Yasin Full Arab Mudah Dibaca Tanpa Latin dan Terjemahan Bacaan Ayat Kursi Latin dan Arab Beserta Artinya serta Keutamaan dan Manfaatnya 5 Keutamaan Membaca Surat Al Kahfi di Malam Jumat, Salah Satunya Dihindarkan dari Fitnah Dajjal! Terkini Tanda Tangani Kontrak Dengan Pejabat Pemkot Surabaya, Eri Cahyadi Target Tidak Tercapai Akan Diganti! Rabu, 14 Juni 2023 1242 WIB Wali Kota Eri Cahyadi Bongkar Strategi Jitu Entaskan Kemiskinan di Surabaya Rabu, 14 Juni 2023 1213 WIB Wali Kota Eri Cahyadi Ajak PD Muhammadiyah dan Aisyiyah Turut Bangun Kota Surabaya Rabu, 14 Juni 2023 1147 WIB Eri Cahyadi Ajak Muhammadiyah dan Aisyiyah untuk Membangun Kota Surabaya Rabu, 14 Juni 2023 0951 WIB Jelang Laga Timnas Indonesia Vs Palestina, Begini Prediksi Skor dari Eri Cahyadi Senin, 12 Juni 2023 0733 WIB Rilis Laporan Dana Bantuan Pendidikan, Wali Kota Surabaya Ucapkan Terima Kasih kepada Orang Tua Asuh Minggu, 11 Juni 2023 0913 WIB Fantastis! Pemkot Surabaya Berikan Bonus Rp 1,2 Miliar Untuk Para Pahlawan Olahraga Sea Games 2023 Minggu, 11 Juni 2023 0816 WIB DKPP Surabaya Mulai Suntikan Vaksin LSD ke Hewan Ternak Sapi Usai Terima 600 Dosis dari Pemerintah Pusat Sabtu, 10 Juni 2023 0703 WIB Antisipasi Penularan Virus, DKPP Surabaya Gencarkan Suntik Vaksin LSD untuk Ternak Sapi Jumat, 9 Juni 2023 1459 WIB Pemkot Surabaya Kembali Lakukan Mutasi Jabatan Puluhan ASN, Wali Kota Eri Jangan Kaget Jumat, 9 Juni 2023 0906 WIB Terapkan Perwali Nomor 16 tahun 2022, Sampah Plastik di Surabaya Berhasil Berkurang Sebanyak Dua Ton Jumat, 9 Juni 2023 0847 WIB Alhamdulillah! Kuota Jamaah Haji di Jawa Timur Ditambah, Segini Jumlahnya Kamis, 8 Juni 2023 1534 WIB Tuai Polemik, Wali Kota Eri Cahyadi Batalkan Rencana Konvoi Timnas Indonesia di Balai Kota Surabaya Kamis, 8 Juni 2023 1005 WIB Idul Adha 2023 Kisaran Harga Hewan Kurban Mulai Sapi Hingga Unta, Segini Uang yang Harus Disiapkan Rabu, 7 Juni 2023 1620 WIB Hasil Penjualan Akan Disumbangkan, Segini Harga Tiket FIFA Matchday Indonesia vs Palestina di Stadion GBT Rabu, 7 Juni 2023 0825 WIB Surabaya Jadi Tuan Rumah Laga Indonesia vs Palestina, Wali Kota Eri Cahyadi Matur Nuwun Ketum PSSI Rabu, 7 Juni 2023 0742 WIB Erick Thohir Pastikan Sumbang Hasil Penjualan Tiket FIFA Matchday Untuk Perjuangan Rakyat Palestina Rabu, 7 Juni 2023 0722 WIB Erick Thohir Cek Kesiapan Laga Indonesia vs Palestina di Stadion GBT Surabaya, Eri Cahyadi Maturnuwun Rabu, 7 Juni 2023 0701 WIB Jadwal Lengkap PPDB Surabaya 2023 Jenjang SMP Beserta Syarat dan Tata Cara Selasa, 6 Juni 2023 1530 WIB Melalui Kegiatan KAS RPA, Pemkot Surabaya Terus Berkomitmen Cegah Kekerasan dan Pekerja Anak Selasa, 6 Juni 2023 0804 WIB